Pengerukan Harus Dipercepat

CIREBON—Optimalisasi proyek Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat, melalui pengerukan harus cepat dilakukan karena masalah kedalaman dermaga sampai sekarang belum diselesaikan. Akibatnya, pelabuhan hanya bisa disinggahi kapal-kapal kecil.

Dangkalnya dermaga pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo II (Persero) tersebut menghalangi perusahaan agen pelayaran kesulitan membuka jasa, padahal pasar untuk transportasi laut di Cirebon telah terbentuk.

Manager Operasi PT Pelindo II Cabang Cirebon Yossianis Marciano mengatakan jika kedalaman dermaga sudah memungkinkan, optimaslisasi pelabuhan secara alamiah akan
berjalan.

Dia menuturkan pihaknya telah mengajukan anggaran untuk membenahi saran di Pelabuhan Cirebon agar fungsinya berjalan maksimal. “Secara bertahap akan dibenahi dan rencananya dimulai pada tahun depan,” katanya, Minggu (9/11).

Yossi mengatakan salah satu upaya optimalisasi Pelabuhan Cirebon antara lain dengan membangun dermaga di tengah laut agar kapal-kapal besar bisa berlabuh. “Kami akan mulai sosialisasi kepada instansi lain di Kota Cirebon terkait dengan rencana pembenahan dan pengembangan,” ujarnya.

Dia melanjutkan saat ini pihaknya hanya menjaga kedalaman kolam di bagian pelabuhan hingga 5,5 LWS karena untuk pengerukan di bagian alur memerlukan dana investasi yang cukup besar.

Dia menuturkan jika kedalaman alur Pelabuhan Cirebon mencapai 8,5 LWS, fungsinya akan lebih optimal karena akan mampu di lewati oleh kapal-kapal fiddler. “Pelabuhan Cirebon akan semakin ramai jika ke dalaman alurnya 8,5 LWS, karena bakal jadi pelabuhan penopang pelabuhan besar yang ada di sekitarnya,” katanya.

Dia menuturkan masalah kedalaman kawasan pelabuhan yang mencakup kolam dan alur sangat memengaruhi produktivitas bongkar-muat yang ada di dalamnya. “Setelah optimalisasi, Pelabuhan Cirebon punya prospek yang sangat besar sebagai jalur distribusi luar provinsi ke Jabar ,” ujarnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat Dedy Widjaja meminta pemerintah segera mengoptimalkan pelabuhan cadangan seperti di Ci rebon sebagai penopang aktivitas ekspor-impor karena Pelabuhan Tanjung Priok sudah overload.

“Sekarang juga pembangunan Pelabuhan Cilamaya terlihat mandek karena lokasi pembangunan bersinggungan dengan penambangan migas,” katanya.

Dedy menjelaskan rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya di lokasi migas merupakan hal yang di luar dugaan. “Pemerintah harus berpegang pada prinsip awal untuk membangun pelabuhan di lokasi semula. Jika berpindah akan memakan waktu
lama.” (k29/k3) Bisnis Indonesia

Leave a reply