Pelindo IV Butuh Rp10 Triliun

JAKARTA—PT Pelindo IV membutuhkan pendanaan sekitar Rp10 triliun untuk memulai proses revitalisasi empat pelabuhan utama di kawasan timur Indonesia dan ditargetkan tuntas dalam 5—6 tahun.

Keempat pelabuhan itu berada di Bitung Sulawesi Utara, Makassar Sulsel, Kendari Sultra, dan Sorong Papua. Kegiatan revitalisasi ini meliputi reklamasi pantai, kolam, terminal mobil, kapasitas tampung peti kemas, hingga perpanjangan dermaga.

Mulyono, Direktur Utama PT Pelindo IV (Persero), mengatakan proses revitalisasi pelabuhan membutuhkan waktu 5—6 tahun dengan proses pengerjaan keempatnya secara serentak.

“Mungkin [total investasi] bisa sampai Rp10 triliun,” katanya ketika berkunjung ke Kantor Redaksi Bisnis Indonesia, Kamis (18/9).

Menurutnya, proses revitalisasi pelabuhan sangat mendesak dilakukan sebagai respons BUMN jasa kepelabuhanan di kawasan timur itu dalam mendukung
terciptanya sistem logistic nasional yang terintegrasi serta mendorong kemunculan
hub pelayaran baru di kawasan timur.

Menurutnya, sumber-sumber pendanaan untuk proyek revitalisasi pelabuhan berasal dari empat kantong yaitu Pelindo IV, pemerintah kota, pemprov dan APBN. “Ini telah dilakukan di Makassar. Kami optimistis kerja sama yang terjalin berdampak positif [bagi tuntasnya revitalisasi],” katanya.

Selain itu, upaya pemerintah me realisasikan konsep tol laut di nilainya sebagai peluang besar ba gi kawasan timur meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari ber bagai kegiatan kepelabuhanan.

Namun, tuturnya, pembangunan tol laut di kawasan timur juga memiliki banyak tantangan terutama minimnya populasi industri pengolahan yang memicu terjadinya ketimpangan arus peti kemas (imbalance cargo).

“Industri di timur sangat sedikit kendati luas lautannya paling besar. Tak jarang kapal ke timur isinya kosong. Total arus peti kemas pada tahun lalu di seluruh timur hanya 1,7 juta TEUs sedangkan di Tanjung Priok saja [wilayah Pelindo II] mencapai 6 juta TEUs,” tuturnya.

Sambil menumbuhkan industry di kawasan timur dan perbaikan infrastruktur di pelabuhan, ujarnya, pemerintah dapat merealisasikan pelayaran tol laut menggunakan kapal berukuran 1.600 TEUs. Untuk tahap selanjutnya, kapasitas kapal dapat lebih besar sekitar 2.600 TEUs.

Selain itu, pihaknya juga akan memulai spesialisasi terminal di pelabuhan yang dikelola. Masing-masing pelabuhan, imbuhnya, akan memiliki terminal yang terpisah. Misalnya, car terminal, terminal curah kering, terminal curah cair, terminal ternak, terminal cruise dan penumpang.

Dengan demikian, kinerja pelayanan pelabuhan akan lebih optimal, terjadinya peningkatan efisiensi dan pelabuhan mampu melayani kapal besar serta biaya
logistik akan ikut menurun.

RELOKASI INDUSTRI

Sejalan dengan rencana implementasi tol laut, Mulyono menegaskan agar pemerintah mendatang perlu merelokasi industri manufaktur ke kawasan
Indonesia timur lebih serius dengan melakukan beberapa langkah yang mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi.

Langkah-langkah itu adalah perlu adanya pemasaran aktif peta komoditas andalan di setiap wilayah, pemberian insentif investasi, kemudahan perizinan dan dukungan penyediaan infrastruktur terkait.

Menurutnya, bila pertumbuhan industri dan aktivitas ekonomi di wilayah timur meningkat pesat, secara otomatis akan menarik para operator kapal menyinggahi sejumlah pelabuhan daerah tersebut.

“Pemerintah perlu membuat magnet di Pelabuhan Sorong dengan memberikan insentif kepada investor sebagai sweetener [pemanis] bagi dunia usaha. Harus ada tipe pejuang pengusaha dan pengusaha pejuang berinvestasi di Papua.”

Dia juga mengusulkan agar tol laut lebih terfokus pada proses mobilisasi penumpang dan peti kemas dari barat ke timur maupun sebaliknya.

Pelindo IV sebagai operator pelabuhan di Indonesia timur meminta tol laut juga tidak hanya melalui Makassar kemudian tembus ke Sorong, melainkan juga melalui Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Kendari. ( Bisnis Indonesia)

Leave a reply