Pelindo III Kaji Lokasi Proyek Terminal LNG

DENPASAR—BUMN pelabuhan PT Pelindo III sedang mengkaji lokasi pembangunan terminal penerima gas alam cair terapung di sekitar Pelabuhan Benoa sebagai solusi alternatif penolakan terminal storage LNG on shore oleh masyarakat.

Direktur Utama Pelindo III Djarwo Surjanto mengklaim terminal terapung lebih baik dibandingkan dengan terminal LNG di darat, karena tidak mengganggu masyarakat. “Saya pribadi berpendapat [memilih] floating storage. Cuma kan keputusan bukan pada kami,” katanya, Jumat (17/10).

Salah satu titik lokasi yang dianggap layak untuk lokasi floating storage tersebut yaitu berada di dekat Pulau Serangan, Denpasar, karena tidak menggangu lahan bakau dan aktivitas pelayaran. Djarwo mengatakan untuk pembangunan sistem terapung menghabiskan waktu hingga 14 bulan.

Sebelumnya, PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali berencana mengganti pembangkit tenaga listrik diesel di Pesanggaran Denpasar dengan pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) berkapasitas 200 megawatt.

Pemanfaatkan PLTMG diklaim dapat menghemat sekitar 20%–30% dari total biaya yang dikeluarkan Indonesia Power untuk membeli BBM solar pembangkit di Bali senilai
Rp8 triliun per tahun. Anak usaha PLN itu menginvestasikan Rp2 triliun dan proses penggantiannya saat ini sudah berjalan serta diharapkan mulai Januari 2015 dapat beroperasi. Untuk merealisasikannya, Indonesia Power berniat membangun terminal di sekitar Pelabuhan Benoa, tepatnya di lahan milik Pelindo III.

Selain itu, Djarwo menambahkan PT Pelindo III juga menyiapkan pendanaan hingga Rp10 triliun untuk meningkatkan kualitas pelabuhan-pelabuhan yang mereka kelola di seluruh Indonesia pada periode 2014-2016.

Dana itu berasal dari berbagai sumber seperti laba yang ditahan, pinjaman bank, serta aksi korporasi berupa penerbitan surat obligasi.

“Kami baru saja menerbitkan obligasi internasional yang dijual ke Hong Kong, London, dan New York senilai US$500 juta,” katanya.

Dari total kebutuhan investasi itu, sebanyak Rp4 triliun sudah direalisasikan pada 2014. Adapun, sisa dana akan dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas pelabuhan besar dan
daerah timur Indonesia.

Djarwo mencontohkan sisa dana dipakai untuk pemesanan alat di Terminal Teluk Lamong serta merevitalisasi alur pelayaran barat Surabaya (APBS), dengan memperdalam alur dari 9 meter menjadi 13 meter.

Pendalaman alur dilakukan supaya kapal lebih besar dapat melalui jalur tersebut. Saat ini, lanjutnya, proses pengerukan lumpur sudah berjalan 40% dengan berhasil mengeruk sebanyak 10 juta meter kubik. (Feri Kristianto) Bisnis Indonesia

Leave a reply