Muara Angke Pusat Dagang Asean

JAKARTA—Pasar ikan di pengolahan hasil perikanan tradisional daerah Muara Angke, Jakarta Utara, diproyeksikan menjadi pusat perdagangan hasil laut terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Kepala Unit Pengelola Pelabuhan Provinsi DKI Jakarta Nugroho memperkirakan pemindahan lokasi pengolahan hasil perikanan tradisional (PHPT) mendorong pertumbuhan perdagangan dan volume hasil laut yang diperdagangkan.

Menurutnya, pemindahan lokasi pasar bisa terealisasi tahun depan. Sesuai rencana awal, Pemprov DKI akan memindahkan pedagang ke lokasi baru yang terletak 100 meter ke arah barat dari pasar ikan lama dengan luas dua hektare.

“Pasar ikan Muara Angke nantinya akan menjadi terbesar di Asia Tenggara,” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (29/10).

Nugroho menjamin kesan bau dan kotor yang melekat Pasar Ikan Muara Angke akan
terhapus seiring pemindahan pedagang ke pasar baru, awal tahun depan. Tercatat lebih dari 1200 unit kios disiapkan untuk menampung seluruh kegiatan di pasar.

Selain itu, pihak pelabuhan akan menambah kapasitas pengolahan ikan yang selama ini terbatas, sehingga produksi olahan akan semakin tinggi seiring peningkatan permintaan
pasar.

Nugroho mencontohkan hitungan kasar, kapasitas olahan yang bisa ditampung hanya berkisar 6000 ton. Padahal dari 1000 kapal yang masuk, capaian hasil tangkapan ikan sebesar 20.000 ton.

Untuk mengatasi kurangnya kapasitas, sejumlah nelayan bia sanya menyimpan ikan di
tempat lain sehingga menambah biaya penyimpanan yang mahal.

“Banyak ikan-ikan yang disimpan di tempat lain sehingga cost-nya lebih mahal,” imbuhnya. Untuk memperhatikan jaminan kebersihan pasar ikan, Nugroho menyambut baik kebijakan yang akan melimpahkan seluruh tanggung jawab kebersihan kepada Unit Pelaksana Pelabuhan dan bukan pihak ketiga lagi.

Kepala Dinas Kelautan, Peternakan, Pertanian dan Kehutanan DKI Darjamuni mengatakan bangunan pasar yang baru sudah hampir selesai, namun masih diperlukan pemasangan instalasi listrik.

Akhir tahun ini, katanya, dipastikan seluruh bangunan pasar ikan sudah jadi dan bisa
difungsikan. Sedangkan pada Februari 2015, Gubernur DKI diharapkan bisa meresmikan
pasar ikan baru.

“Belum selesai sempurna, tinggal menunggu listrik dengan biaya anggaran perubahan ini.
Tahun depan sudah bisa [pedagang] dipin dahkan,” ujarnya.

Selain bersih, keunggulan lainnya, pasar ikan Muara Angke yang baru akan terdapat taman, parkir yang tertata rapi, dan fasilitas tambahan lainnya.

TRANSAKSI BANK

Selain perubahan bangunan pasar, transaksi perdagangan di PHPT akan didukung Bank
DKI. Menurut Darjamuni, sistem pembayaran ini akan merekam keseluruhan transaksi melalui rekening Bank DKI yang dimiliki setiap nelayan.

“Kita mau buat sistem pakai online, debet melalui Bank DKI sehingga tidak melakukan
sistem cash lagi,” katanya. Hanya saja, model transaksi online melalui bank diperkirakan
memberatkan para nelayan yang belum terbiasa dengan model tersebut.

Ketua Kelompok Tani Nelayan DKI Sahruna Fauzy mempertanyakan sistem pembayaran
online yang akan diterapkan saat nelayan dan pedagang menepati pasar baru.

Menurutnya, masih banyak nelayan yang belum mengerti sistem bank dan langkah itu
terlalu dini diterapkan. Ia berharap ada sosialisasi dan masa uji coba sehingga proses perdagangan bisa berjalan lancar tidak terkendala teknis.

“Ya enggak bisa [dengan transaksi online], kan SDM [sumber daya manusia] tidak tahu sistem bank. Kalau manual kenapa sih?,” tanyanya.

Dia mengharapkan pihak Bank DKI nantinya mau jemput bola dengan mendatangi langsung ke pasar. Sebab, para nelayan selesai melaut pada subuh hari dan langsung berdagang di pagi harinya sehingga tidak ada waktu ke bank.

“Mestinya dari pihak bank bisa jemput bola. Dari pihak bank kesini walau pada malam hari sekalipun,” pinta Sahruna. (Bisnis Indonesia)

Leave a reply