Libur Lebaran Layanan Bongkar Muat Tetap Jalan

Untuk para pelaku bisnis yang ingin melakukan bongkar muat pada hari libur raya ldul Fitri tetap bisa melaksanakannya seperti biasa. Sebab, operasional di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, tetap berjalan normal.

DIREKTUR Utama Pelindo II Richard Joost Lino memastikan, untuk mengatur kelancaran arus barang, kegiatan bongkar muat barang tetap beroperasi 24 jam pada hari raya ldul Fitri. “Jalan terus itu kan hanya pagi saja waktu Lebaran. Habis itu kerja Iagi, kata Lino usai apel siaga di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta kemarin.
Lino menuturkan yang berubah pada libur Lebaran, yakni peti ketnas tidak boleh meninggalkan pelabuhan melalui jalur darat selama H-7 hingga H+7 Lebaran. Karena pemerintah tidak ingin menggangu arus mudik.

Dia menjelaskan untuk mengantisipasi penumpukan peti kemas selama proses bongkar muat, pihaknya telah mengambil langkah jauh-jauh hari dengan mengosongkan lahan. Menurutnya, Pelindo II sebelum H-7 telah mengatur tingkat isian lapangan penumpukan
(Yard Occupancy Ratio/YOR) berada pada posisi 40 persen. Saat musim Lebaran biasanya
tingkat YOR atau kapasitas pelabuhan bisa mencapai 80 persen. Sedangkan batas normal untuk posisi YOR berada pada level 65 persen. Kapasitas terminal peti kemas Pelabuhan Priok saat ini mampu menampung hingga 7 juta TEUs per tahun paparnya.

Sementara itu, pemerintah bertekad mengatasi lamanya dwelling time ( waktu layanan dari turunnya barang dari kapal hingga bongkar muat). Kemarin, para menteri ekonomi menggelar rapat khusus membahas masalah layanan pelabuhan di Kementerian
Keuangan. Menko Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan, pihaknya menargetkan menurunkan dwelling time dari 6 hari menjadi 4 hari. “‘Dalam rakor dibahas bagaimana
caranya mencapai target perbaikan layanan. Nanti akan dibuat simulasi mini lab -nya, untuk bagaimana 6 hari ini bisa jadi 4 bari. Sedang dibereskan semuanya,”papar CT, panggilan akrab Chairul Tanjung.

Saat ditanya mengenai kewajiban transaksi menggunakan rupiah, CT mengatakan aturan tersebut baru berjalan. Menurutnya, Kementerian Perhubungan sudah mengeluarkan kebijakan untuk menjalankan aturan tersebut. Menteri Perindustrian (Menperin)
MS Hidayat menyambut baik langkah perbaikan dweliing time. Sebab, dia menilai layanan tersebut masih tertinggal dibandingkan negara ASEAN lain.

”Saat ini dwelling time di pelabuhan Indonesia berkisar tujuh hingga delapan hari, sangat jauh jika dibandingkan di Singapura yang hanya satu hari. Kalau kita turunkan menjadi tiga hingga empat hari kan lumayan,” papar politisi Partai Golkar itu. Hidayat mengakui, untuk menurunkan dwelling time memang tidak mudah. Karena, sirkulasi atau perjalanan dari pabrik ke Pelabuhan Tanjung Priok membutuhkan waktu enam hingga delapan jam.

“Hambatan di pelabuhan Priok antrian panjang. Kemudian banyak barang menumpuk yang sudah lama nggak diambil pemiliknya sehingga harus ditertibkan. Belum lagi masalah dokumen terangnya. Hidayat meminta, jika waktu dwelling time diturunkan, kenaikan tarif bongkar muat disesuaikan dengan tarif layanan di pelabuhan di negara ASEAN lainnya. “Kalaupun ada kenaikan harga, itu harus ada kesepakatan semua pihak dan harus di-compare dengan tarif negara pesaing kita. seperti Malaysia dan Thailand,”
tegas Hidayat. • DIR

Leave a reply