Korban Hilang Menjadi 7 Orang

AMBON, KOMPAS – Setelah dikabarkan jumlah korban yang hilang akibat tenggelamnya kapal motor di Selat Mangole, Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara, pada Minggu lalu, sebanyak empat orang, pihak berwenang mengeluarkan data akhir korban hilang menjadi – tujuh orang. Ketidakpastian data itu disebabkan kapal naas tersebut melakukan pelayaran liar sehingga tidak ada dokumen.

Kapal itu tenggelam ketika berlayar dari Desa Orifola, Kecamatan Falabisahaya di Pulau
Mangole menuju Sanana, ibu kota Kabupaten Kepulauan Sula yang terletak d.i Pulau Sulabesi. Jarak antara Orifola dan Sanana sekitar 8 mil !aut (sekitar 14,8 kilometer).

Hingga Senin (15/9) malam, data dari Kepolisian Resor Kepulauan Sula menunjukkan, penumpang beserta awak kapal yang ada di pelayaran itu berjumlah 38 orang. Akibat kecelakaan tersebut, korban yang meninggal 14 orang, dirawat 15 orang, hilang 7 orang, dan sisanya selamat.

“Untuk sementara, korban yang meninggal masih sama dengan kemarin, tetapi korban yang hilang bertambah menjadi tujuh orang. Bertambahnya korban hilang ini menyusul ada laporan dari warga bahwa anggota keluarga mereka juga ikut dalam pelayaran itu,” kata Kepala Polres Kepulauan Sula Ajun Komisaris Besar Hadi Wiyono kepada Kompas,
di Ambon, Maluku, Senin.

Korban yang hilang terdiri atas enam anak, yakni Gifar Pora, Rifaldi Pora, Zulkitli Pora, Putli Pora, Ronaldi Pora, dan Revo Sekmin. Usia mereka di bawah 16 tahun. Korban hilang lainnya adalah Buryadin Pora yang herusia sekitar 50 tahun.

Adapun korban meninggal adalah Salim Umasangadji, Rafia Umasangadji, Ci Popi Yoisangadji, Nursin Urnaternate, Nursin Pora, Pici, Hajar, Rakia Pora, Amina Liambana, Anggun, Kristian Pora, Sarah, Hatija Suparlan, dan Ongki.

Kepala Kantor unit Penyelenggara Pelabuhan Sanana Rahman Soanlole menambahkan, jika melalui pelayaran resmi, penumpang dengan mudah diidentifikasi. Kapal itu melakukan pelayaran liar sehingga syahbandar tidak bertanggung jawab. Kapal itu di Juar kontrol mereka.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, kecelakaan laut itu terjadi pada Minggu (14/9) pukul 08.30 WIT saat kapal hampir tiba di Sanana. Kejadian berawal ketika mesin kapal mendadak mati. Kapal lalu terombang-ambing dihantam gelombang tinggi yang mencapai 2 meter dan angin kencang yang melanda perairan itu. Kapal tidak bisa dikendalikan, hilang keseimbangan, dan akhirnya tenggelam.

Selain cuaca buruk, diduga kecelakaan juga disebabkan muatan yang melebihi daya tampung. Kapal dengan kapasitas mesin 40 tenaga kuda (PK) itu hanya diperbolehkan membawa belasan penumpang. Namun, nakhoda kapal Bahri Lesi memaksakan diri membawa 38 penumpang, belum termasuk barang bawaan. Balrri selamat dalam perisliwa itu.

Petugas Badan Pcnanggulangan Bencana Daerah Maluku Utara, Hasan Ahmad, menuturkan, korban yang meninggal sudah dipulangkan ke kampung halaman mereka di Desa Orifola

“Besok (Selasa ini), tim gabungan dari Basarnas, Polri, TNI, dan masyarakat setempat melanjutkan pencarian,” kata Hasan.(Kompas)

Leave a reply