Kapal Penampung Siap

Minyak Produksi Blok Cepu 165.000 Barrel Per Hari
SINGAPURA, KOMPAS- Kapal dengan penyimpanan dan alir-muat terapung telah resmi beroperasi. Kapal ini nantinya akan menampung minyak produksi Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah yang diperkirakan mencapai 165.000 barrel per hari.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik meresmikan beroperasinya kapal fasilitas penyimpanan dan alir-muat terapung (floating storage and offloading/FSO) Gagak Rimang, di galangan kapal Sembawang Shipyard, Singapura, Selasa (09/8).

Sebagaimana dilaporkan wartawan Kompas, BM Lukita Grahadyarini, dari Singapma, semalmn, hadir pada acara itu Pelaksana Tugas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi J Widjonarko, Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura Andri Hadi, Bupati Bojonegoro Suyoto, Bupati Tuban Fathul Huda, dan Vice President Exxon Mobil Development Company Raymond Jones.

Menurut Jero Wacik, produksi minyak mentah nasional rata-rata 818.000 barrel per hari (bph), tetapi berpotensi turun. Angka ini Jauh lebih rendah daripada target dalam APBN 2014 yang mematok asumsi produksi minyak siap jual (lifting) 870.000 bph. Pihaknya memperkirakan produksi minyak bisa terus ditingkatkan hingga l juta bph pada 2016, dengan catatan penurunan alamiah minyak bisa ditekan.

Jero Wacik menambahkan, penamhahan produksi antara lain ditunjang produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu. Proyek itu ditargetkun selesai pada Maret 2015 dengan produksi puncak 165.000 bph pada Juli 2015.

“Pesan saya, bagaimana pruduksi minyak dan gas dari Blok Cepu dapat memberikan efek kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia, termasuk warga Cepu dan sekitarnya, seperti Blora (Jawa Tengah), Bojonegoro, dan Tuban (.Jawa Timur),” ujarnya.

Minyak Blok Cepu
Kapal FSO (gagak Rimang, yang berkapasitas 2 juta barrel, mampu menampung 1,7 juta barrel atau setara 250 juta liter. Kapal itu akan menyimpan minyak mentah yang telah diolah dari Lapangan Banyu Urip FSO ini akan dikaitkan pada menara tambat di dasar laut. Apabila tahun depan Lapangan Banyu Urip memproduksi 165.000 bph, kapal Itu cukup menampung produksi setidaknya 10 hari.

Cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip diperkirakan 450 juta barrel. Kontrak kerja sama Blok Cepu dengan Mobil Cepu Ltd (MCL) sebagai operator ditandatangani pada 17 September 2005. MCL, anak perusahaan Exxon Mobil Corporation, memegang 45 persen saham partisipasi, Pertamina EP Cepu 45 persen saham, dan Badan Kerja Sarna Blok Cepu 10 persen saham.

Selain Lapangan Banyu Urip, ada lagi tambahan minyak antara lain, dari Lapangan Bukit Tua, Blok Ketapang, pada triwulan Ill-2015 sebanyak 20.000 bph dan proyek Pertamina EP di Kalimantan Timur sebanyak 10.000 bph pada tahun depan.

Kapal FSO berukuran panjang 340 meter dan lebar 50 meter itu dimodifikasi sejak 2012 oleh konsorsium EPC-4 yang dipimpin perusahaan Indonesia, PT Scorpa Pranedya, bermitra dengan Sembawang Shipyard di Singapura. Adapun nilai investasi pembangunan FSO Gagak Rimang sekitar 400 juta dollar AS.

Gagak Rimang adalah nama kuda milik Adipati Arya Jipang yang pada abad ke-16 kekuasaannya meliputi wilayah yang kini adalah Cepu, Blora, Bojonegoro dan Tuban. Nama Gagak Rimang dipilih karena melambangkan kekuatan dan keandalan.

Perkembangan proyek minyak dan gas bumi Banyu Urip hingga minggu ketiga Agustus 2014 mencapai 90 persen. Total investasi di proyek Banyu Urip mencapai 2,8 miliar dollar AS yang meliputi fasilitas produksi dan pengeboran sumur.

Pembangunan fasilitas terbagi dalam lima kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC), yakni fasilitas pruduksi utama, pipa darat (onshore) 72 kilometer, pipa laut (offshore) dan menara tambat (mooring tower), FSO, serta fasilitus infrastruktur.

Raymond E Jones mengungkapkan rasa bangga atas kerja sama yang baik dengan pemerintah pusat dan daerah dalam menyukseskan proyek tersebut. Proyek itu mencerminkan komitmen perusahaan untuk memenuhi kebutuhan energi dan keuntugan jangka panjang bagi masyarakat Indonesia.

Vice President Public and Goverment. Affairs ExxonMobil Indonesia Erwin Maryoto mengungkapkan, dengan fasilitas produksi awal yang beroperasi sejak Agustus 2009 hingga kini, Lapangan Banyu Urip sudah menghasilkan 40 juta barrel.

Sementara itu, anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Rinaldy Dalimi, saat paparan terkait kebijakan ekonomi nasional di Jakarta, Selasa, mengatakan, DEN mendorong pemerintah untuk mulai mengurangi ekspor minyak dan gas alam secepatnya.
Apabila tidak segera dilakukan ujar Dalimi, Indonesia tidak akan memiliki cadangan strategis energi yang dapat digunakan di masa datang. (A04)

Leave a reply