Investasi Rp2 Triliun Ditahan

JAKARTA—Sejumlah investor di industri galangan kapal menahan realisasi investasi di Indonesia senilai lebih dari Rp2 triliun karena masih menunggu kepastian situasi ekonomi dan politik pada tahun ini.

Sejumlah investor itu berasal dari Jepang, Belanda dan Singapura. Selain investor tersebut, terdapat empat perusahaan galangan lokal yang juga melakukan hal serupa, salah satunya adalah PT Steadfast Marine.

Eddy K. Logam, Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo), mengatakan pengusaha industri galangan tidak melakukan investasi berarti hingga semeter I/2014. Kondisi demikian diperkirakan terus berlanjut hingga akhir semester II/2014.

“Mereka hendak berekspansi dan investasi tetapi tidak jadi. Masih wait and see [menunggu],” katanya, Selasa (2/9). Menurutnya, sikap menunggu dari para investor tersebut sebagai reaksi atas beratnya beban fiskal dan bunga bank yang ditanggung industri galangan selama ini. Beban itu antara lain PPN impor komponen sebesar 10% dan cukai impor berkisar 5%–12%.

Beban fiskal seperti itu, katanya, membuat galangan nasional belum kompetitif ketimbang industri yang sama di luar negeri seperti China, Malaysia dan Vietnam. Sebagai perbandingan, tuturnya, produksi kapal nasional jauh lebih mahal 15%–30% dari galangan luar negeri.

Sejauh ini, jumlah fasilitas produksi untuk kegiatan reparasi mencapai 240 unit dengan kapasitas terpasang mencapai 900.000 dead weight tonnage (DWT) per tahun bagi pembangunan kapal baru dan 12 juta DWT per tahun bagi reparasi.

Galangan kapal nasional telah mampu membangun kapal-kapal hingga jenis tanker berkapasitas 30.000 LTDW dan kapal anchor handling tug and suppy (AHTS), crew boat aluminum dan memiliki fasilitas pemeliharaan atau reparasi graving dock berkapasitas sampai 150.000 DWT.

Direktur PT Logindo Samudramakmur Tbk. Rudy Kusworo menilai pemerintah
semestinya mampu memproteksi industri galangan dalam negeri dengan baik.

Salah satu bentuk proteksi itu adalah pemberian kebijakan fiskal yang fleksibel.
Bila keluwesan fiskal diterapkan, imbuhnya, secara otomatis akan memicu pertumbuhan galangan nasional, sekaligus mengerek pertumbuhan industri komponen penunjang kapal. (Muhamad Hilman) bisnis indonesia

Leave a reply