Cuaca Buruk Ganggu Pelayaran

JAKARTA – Cuaca buruk telah mengganggu kegiatan pelayaran, seperti keberangkatan KM Dharma Kartika III dari Pelabuhan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menuju Surabaya, terpaksa ditunda, karena gelombang laut tinggi. Demikian pula, jalur penyeberangan dari Pelabuhan Sampalan, Nusa Penida, menuju Kusamba, Kabupaten Klungkung, Bali, ditutup.
“Kami sudah memanggil pihak kapal untuk mempertimbangkan agar tidak berlayar, karena tinggi gelombang laut saat ini mencapai empat meter. Mereka pun mengikuti saran kami, tidak berani mengambil risiko,” kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit Benny Noviandinudin di Sampit, Selasa (5/8). KM Dharma Kartika III sebelumnya tiba di Pelabuhan Sampit mengangkut 349 penumpang dari Semarang pada Senin (4/8).
Kapal roro milik PT Dharma Lautan Utama itu seharusnya langsung melanjutkan rute menuju Surabaya usai menurunkan penumpang di Sampit. Namun ada informasi gelombang laut sedang tinggi, nakhoda akhirnya memutuskan menunda keberangkatan.

Saat ini, kapal tersebut masih bersandar di Pelabuhan Sampit, menunggu informasi membaiknya cuaca di laut , dan kapal itu dipersilakan kembali bertolak dari Sampit menuju Surabaya.
Lebih jauh, beberapa jadwal pelayaran di jalur penyeberangan dari Pelabuhan Sampalan menuju Kusamba, Kabupaten Klungkung, Bali, juga dibatalkan. “Beberapa jadwal pelayaran menggunakan perahu tradisional kami batalkan,” kata Syahbandar Pelabuhan Sampalan Dewa Gede Suradnyana, di Nusa Penida, kemarin.
Di sisi lain, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menyatakan cuaca buruk disertai hujan di Kota Batam dan sebagian wilayah Kepri belum mengganggu transportasi darat, laut dan udara. “Hingga saat ini jarak pandang masih aman untuk penerbangan dan pelayaran.
Tinggi gelombang di Perairan Kepri berkisar 1-1,5 meter dan masih aman bagi pelayaran,” kata Kepala BMKG Hang Nadim Batam Philip Mustamu di Batam, kemarin. Dia mengatakan, terbatasnya jarak pandang hanya terjadi saat pesawat hendak lepas landas dan mendarat meski secara umum masih aman.
“Jarak pandang rata-rata masih 7.000 meter dan terhitung normal. Hanya saat lepas landas dan mendarat jarak pandang sekitar bandara sedikit menurun,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon Ali Ibrahim meminta komunitas pelayaran mengantisipasi perubahan cuaca ekstrem di wilayah Perairan Maluku.
“Kami minta masyarakat di daerah ini khusus para operator/nahkoda maupun pemilik kapal untuk memperhatikan dengan cermat perubahan cuaca ekstrem yang mengakibatkan terjadi kecelakaan di laut,” jelas Ali. (tm/ant)

Leave a reply