Biaya Logistik Bisa Ditekan jadi 15%

JAKARTA—Wacana penerapan konsep tol laut diyakini bias menekan biaya logistik menjadi 15% dari posisi saat ini 26% terhadap PDB. Konsep ini juga dinilai akan meningkatkan daya saing ekonomi nasional secara signifikan.

Ketua Umum Gerakan Nelayan dan Tani Indonesia sekaligus pakar maritim Rokhmin Dahuri menuturkan konsep tol laut yang diusung oleh Joko Widodo dan Jusuf Kalla adalah untuk mempercepat konektivitas maritim di seluruh nusantara. Konsep ini akan diaplikasikan supaya transportasi barang tidak mengalami disparitas harga.

“Konsep tol laut yang sebetulnya adalah untuk konektivitas kelautan yang terdiri dari tiga komponen pembangunan,” tuturnya, Senin (25/8).

Menurutnya, tiga komponen pembangunan tersebut adalah armada kapal, pelabuhan dan
industri galangan kapal. Tiga komponen pembangunan untuk konektivitas kelautan itulah
yang akan diperkuat pemerintah mendatang.

Langkah penguatan itu meliputi pengembangan sektor pelabuhan, industri perkapalan nasional dan transportasi laut. Bila konektivitas kelautan berhasil dibangun, tuturnya, hal itu akan secara otomatis akan mengurangi biaya logistik menjadi sekitar 15% dari PDB.

“Tanpa konektivitas dan logistic maritim yang mumpuni, daya saing ekonomi Indonesia rendah,” katanya.
Menurutnya, sekitar 75% dari total barang yang diekspor oleh Indonesia harus melalui Singapura, karena hingga kini Indonesia belum memiliki hub port bertaraf internasional. Selain itu, ongkos per peti kemas dari Jakarta ke Surabaya masih dua kali lebih mahal ketimbang dari Singapura ke Los Angeles, AS.

Adapun, konsep konektivtas kelautan ini akan menggunakan pendekatan pendulum nusantara yang diusung oleh Pelindo karena dinilai lebih rasional. Dengan pendekatan ini akan ada dua hal yang berkaitan dengan pengaturan pelabuhan.

Pertama, tersedianya pelabuhanpelabuhan utama yang akan berinteraksi dengan pelabuhan internasional. Kedua, pelabuhan kecil yang difungsikan sebagai pengumpan barang-barang dari daerah yang akan disalurkan ke pelabuhan besar.

Oentoro Suryo, Direktur Utama PT Arpeni Pratama Ocean Tbk. (APOL) mengatakan yang menjadikan biaya logistic Indonesia masih tinggi karena faktor infrastrukturnya yang kurang memadai. Selain itu, factor ego sektoral dalam pengelolaan pelabuhan dinilai meninggikan biaya logistik.

Menurutnya, sebelum menjadi poros maritime, Indonesia harus memperkuat dahulu masalah infrastruktur yang salah-satunya adalah pembangunan pelabuhan termasuk industri galangan kapalnya. (Bisnis Indonesia)

Leave a reply