Angkutan Kapal Bergairah
JAKARTA—Asosiasi Logistik Indonesia menilai penaikan harga BBM bersubsidi yang mendorong penaikan ongkos angkut truk akan meningkatkan gairah di sektor transportasi laut karena sekitar 30% pengguna truk akan berpindah ke kapal.
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita mengatakan selama ini yang menjadikan tarif angkutan kapal lebih mahal daripada truk karena penggunaan BBM bersubsidi moda darat yang sangat lahap sedangkan kapal sejak lama telah memakai BBM nonsubsidi.
“Dengan begitu, target pemerintah Jokowi untuk memindahkan 30% volume angkutan darat ke laut khususnya di pantura [pantai utara] tidak sulit
tercapai,” tuturnya, Kamis (20/11).
Jika angkutan darat terus menggunakan BBM bersubsidi, target pengalihan 30% volume moda darat ke laut dari jalur pantura sangat sulit dicapai.
Pihaknya berharap pada tahun depan BBM bersubsidi dicabut sehingga akan berdampak positif pada pengembangan angkutan laut yang lebih murah mengingat alternatif moda semakin banyak dengan tarif yang kian kompetitif.
Selain itu, dengan berkembangnya angkutan laut akan menjadikan Indonesia sebagai maritime based logistic. Dalam jangka panjang, tuturnya, penghapusan BBM bersubsidi akan berdampak pada struktur biaya logistik yang lebih efisien.
Untuk mendukung pengembangan Indonesia sebagai maritime based logistic, katanya, pemerintah perlu memperlonggar regulasi pengadaan solar impor agar mendapatkan harga yang terbaik.
Saat ini, harga BBM nonsubsidi jenis solar di Indonesia masih tergolong tinggi dibandingkan dengan harga solar di kawasan Asean lainnya.
Kyatmaja Lookman, salah-satu pencetus Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), mengatakan saat ini yang menjadi kekhawatiran pengusaha angkutan barang moda darat adalah pengalihan angkutan truk ke kereta api ataupun kapal seiring dengan rencana penaikan tarif angkutan darat.
“Oleh karena itu, kami sebagai pengusaha truk harus berhati-hati dalam menaikkan tarif angkutan,” tuturnya.
Menurutnya, setiap ada penaikan tarif akan berpengaruh pada pasokan dan permintaan yang saat ini angkutan barang moda darat masih mendominasi sekitar 98%, sedangkan volume moda lain masih jauh lebih rendah.
Namun, setelah harga BBM bersubsidi naik dan dorongan pemerintah untuk mengalihkan beban angkutan darat ke moda laut, hal ini berpotensi mempercepat pengalihan angkutan darat ke moda lainnya seperti kereta api dan kapal laut.
Untuk rute jarak dekat, katanya, pengusaha truk merasa dampak pengalihan moda tidak akan berpengaruh karena logistik darat masih lebih efisien dengan layanannnya door to door. Namun, untuk rute jarak jauh, dampak pengalihan moda ke kapal dikhawatirkan sangat berdampak negatif. (Fitri Rachmawati) Bisnis Indonesia
Leave a reply
Leave a reply