Zimbabwe Tawarkan UKM Dan Pariwisata, Jepang Incar Cilamaya

DUTA Besar Zimbabwe untuk Indonesia Alice Mageza kepincut dengan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia yang pesat.

” Saya sudah sepuluh tahun di sini. Saya sangat terkesan dengan UKM disini, mampu menolong orang kecil, dan juga memunculkan wirausaha,” kata Mageza usai bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di Kantor Wapres di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Mageza menemui JK menjajaki kerja sama di bidang UKM. Menurut Mageza, negaranya memiliki banyak UKM sehingga pelaku usaha dari kedua belah pihak bisa tukar pikiran dan menjalin kerja sama.

Selain UKM, Zimbabwe ingin melakukan kerja sama di bidang pariwisata. Mageza mengungkapkan, pihaknya ingin belajar bagaimana mempromosikan pariwisata dari Indonesia.

JK mengapresiasi ajakan kerja sama Mageza. “Pertemuan ini tentu penting dan baik untuk menjaga hubungan baik, baik politik maupun perdagangan. Di bidang ekonomi, investasi memang harus terus ditingkatkan,” kata JK singkat.

Sekadar informasi, hubungan kerja sama perdagangan kedua negara menunjukkan peningkatan. Nilai perdagangan kedua negara pada tahun 2012 sebesar 56,11 juta dolar AS. 2013 scbesar 35,11 juta dolar AS. Rata-rata pertumbuhan nilai perdagangan Indonesia-Zimbabwe mencapai 12,88 persen pertahun.

Jepang lncar Cilamaya

Sementara Pemerintah Indonesia tidak boleh langsung menuruti permintaan Jepang yang menginginkan percepatan pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Ekonom Universitas Gajah Mada (FEB UGM) Yogyakarta, Sri Adiningsih mengingatkan, Joko Widodo-Jusuf Kalla agar tidak tunduk pada desakan Jepang. Sebab, pembangunan pelabuhan Cilamaya masih memerlukan kajian mendalam. Terlebih, pembangunan tersebut akan mcngganggu produksi minyak dan gas (migas) di Blok Offshore North West Java (ONWJ) milik Pertamina.

Terlebih, tegas Sri, pembangunan pelabuhan tersebut jangan sampai hanya menguntungkan bagi Jepang, yakni demi mempermudah pengapalan hasil industri
otomotifnya yang berada di wilayah tersebut. “Saya kira begini, keputusan untuk membangun atau tidak, itu harus didasarkan pada kepentingan nasional Indonesia.
Jangan kemudian pertimbangan utamanya adalah kepentingan negara Jepang. Jangan seperti itu,” tandasnya.

Sebelumnya, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasuaki Tanizaki menemui Menteri Perindustrian Saleh Husin, untuk meminta agar pemerintah mempercepat
pembangunan Pelabuhan Cilamaya. Bahkan, lobi serupa dilakukan oleh PM Jepang kepada Presiden Jokowi. Pihak Jepang ingin mempercepat keluar masuknya arus barang dari kawasan industri ke pelabuhan.(Rakyat Merdeka)

Leave a reply