TNI AL Sita 8.715 Keramik Kuno
TANJUNG PINANG KOMPAS – Anggota Pangkalan Utara TNI Angkatan Laut IV Tanjung Pinang menyita 8.715 keramik kuno dari gudang di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Seluruhnya diduga barang muatan kapal tenggelam yang dijarah dari laut di sekitar Pulau Bintan.
Komandan Pangkalan Utama TNI AL IV Tanjung Pinang Laksamana Pertama Sulistiyanto menuturkan, gudang itu digerebek pada Minggu (21/9). “Anggota ke sana setelah ada penyelidikan atas beberapa kasus serupa. Para pelaku terdahulu menunjuk gudang itu sebagai lokasi penampungan,” ujarnya, Senin (22/ 9), di Tanjung Pinang.
Lokasi yang sehari-hari dijadikan toko ban itu sudah lama diintai. Pengintaian berdasarkan keterangan beberapa penjarah barang muatan kapal tenggelam (BMKT) yang ditangkap di perairan sekitar Pulau Bintan. Laut sekitar pulau itu diduga menjadi lokasi banyak kapal karam pada ratusan tahun lalu.
“Kapal-kapal itu membawa aneka muatan berharga, di antaranya aneka keramik yang disita anggota Lantamal IV” tuturnya
Tingginya harga keramik dibuktikan dengan label harga yang sudah ditempel di sebagian keramik. Sebagian keramik dipasangi label Rp 25 juta per keping.
“Diduga sudah ada penlbeli menampung hasil jarahan ini,” ujamya. Apalagi, di rumah itu ditcmukan ponsel bcrisi data transaksi. Sulistiyanlo menuturkan, jaringan penjarah dan penampung BMKT sangat luas. Anggota Lantamal IV butuh waktu panjang untuk penyelidikan.
Barang-barang sitaan itu akan diserahkan kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). BPCB pula yang akan menaksir nilai seluruh barang. “Karni akan serahkan melalui dinas kebudayaan,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan Kepri Arifin menuturkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan BPCB Batu Sangkal.·. Wilayah kerja lembaga itu termasuk Kepri.
“Nanti mereka akan mengirim ahli untuk mengonservasi dan menaksir seluruh sitaan ini,” ucapnya
Eksplorasi dl Kepri
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kaeung Marijan mengatakan, eksplorasi cagar budaya dasar laut akan lebih banyak tahun depan. Kegiatan terdekat, eksplorasi di Kepulauan Riau pada Oktober 2014.
“Potensi eagar budaya bawah air di Kepri besar. Dulu, perdagangan ke Eropa dan Asia Pasifik lewat sana. Di Kepri juga kerap terjadi pencurian benda-benda bawah air, perlu penanganan serius,” papar Kaeung.
Secara terpisah, dosen arkeologi maritim Universitas Indonesia, Ali Akbar, mengatakan, penanganan cagar budaya dasar laut masih jauh dari harapan. Hal itu tecermin antara lain dari tingkatan institusi yang menanganinya. Pernah ada direktorat khusus peninggalan arkeologi dasar laut, tetapi dihapus dan kini menjadi subdirektorat.
Selain itu, tenaga ahli untuk dasar laut sangat minim. Sebelumnya diwartakan, Indonesia
hanya memiliki 75 tenaga ahli yang memiliki sertifikat melakukan eksplorasi dan konservasi eagar budaya dasar laut. Jumlah itu terlalu kecil dibandingkan dengan potensi kekayaan laut yang luar biasa (Kompas, 20/9).
Leave a reply