Tiga Kapal Roro Diluncurkan Tahun Ini
PALEMBANG, KOMPAS – Tiga kapal roll-on roll-off berbobot 5.000 GT buatan dalam
negeri diluncurkan dan siap digunakan dalam tahun ini. Pembuatan tiga kapal oleh galangan di Indonesia itu diharapkan dapat menjadi tonggak bangkitnya industri pembuatan kapal dalam negeri.
Menteri Perhubungan EE Mangindaan meresmikan peluncuran KMP Sebuku di galangan
PT Mariana Bahagia di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Selasa (19/8). nama Sebuku diambil dari pulau terbesar di Selat Sunda yang memisahkan Jawa dan Sumatera.
Sebelurnnya, kapal dengan jenis dan bobot yang sama, KM Legundi, diluncurkan di galangan kapal PT Dumas Tanjung Perak Shipyard di Surabaya, Jawa Timur, pada pertengahan Agustus. Legundi dan Sebuku akan digunakan untuk melayani rute Bakauheni-Merak yang saat ini sudah sangat padat. Adapun kapal ketiga menurut rencana
akan diluncurkan pada September dari galangan kapal PT Daya Rada Utama di Bandar Lampung.
Mangindaan mengatakan, tiga kapal roll-on roll-off (roro) berbobot 5.000 GT itu merupakan kapal terbesar pertama yang pernah dibuat dalam negeri. KMP Sebuku mampu mengangkut hingga 100 truk dan 850 penumpang. Keberhasilan pembuatan
tiga kapal tersebut merupakan bukti kemampuan galangan-galangan di Indonesia untuk membuat kapal sendiri.
Sebelumnya, kapal jenis ini yang ada di Indonesia merupakan kapal bekas yang dibeli tingmelalui PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (Persero). “Membuat sendiri memang lebih mahal, tetapi ini membangkitkan industri kapal dalam negeri,” ujar dia
Selain untukmelayanirute rutin Bakauheni-Merak, ketiga kapal tersebut juga dapat digunakan untuk melayani pelayaran kawasan Indonesia timur yang kerap terganggu gelombang tinggi. Hal ini karena ukurannya yang cukup besar sehingga relatif aman untuk perairan dengan gelombang tinggi.
Direktur Utarna PT Mariana Bahagia Johnson William Sucipto mengatakan, penggunaan kapal berbendep. Indonesia, yang didukung penerapan asas kabotase, telah terbukti menghemat biaya logistik dibandingkan dengan penggunaan kapal berbendera asing.
Penumpang ditertibkan
Dari Jayapura, Papua, dilaporkan, keberadaan barang dan penumpang ilegal dinilai mengurangi pendapatan PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni). Situasi itu telah berlangsung selama bertahun-tahun sehingga menambah tumpukan utang hingga ratusan miliar rupiah.
Direktur Utama PT . Pelni Sulistyo Wimbo Hardjito mengatakan, penumpang dan barang gelap masuk ke kapal tanpa tiket, antara lain, karena pengawasan yang lemah dan siasat yang kadang melibatkan anak buah kapal. Kondisi itu menggerogoti kesejahteraan karyawan.
“Penumpang dan barang gelap adalah pencuri kesejahteraan di Pelni. Saya mengajak seluruh jajaran untuk merebut kesejahteraan itu,” kata Wimbo.
Ia memulai langkah dengan mengidentifikasi masalah-masalah di lapangan. Caranya, antara lain, dengan berdialog dengan staf dan penurnpang di lapangan. Sejumlah cara ditempuh untuk menutup celah kebocoran itu, seperti dengan memperketat penjualan tiket.(OHE/MKN)
Leave a reply