Satu ABK Masih Hilang
NUNUKAN, KOMPAS — Kapal Motor Francis Express, yang melayani rute Nunukan (Kalimantan Utara)-Tawau (Malaysia) dan mengangkut 110 orang, bertabrakan dengan kapal barang KM Bunga Mekar, Senin (24/11). Hingga Selasa sore, seorang anak buah kapal KM Francis Express masih belum ditemukan.
Semua penumpang KM Francis Express yang mayoritas tenaga kerja Indonesia (TKI) dilaporkan selamat. Adapun satu orang yang masih dicari bernama Zulkarnaen (22). Tabrakan tersebut terjadi di Sungai Simpang, perairan Malaysia.
”Salah satu penyebab kecelakaan laut ini adalah kurangnya penerangan kapal. Ini nanti kami investigasi, termasuk kelengkapan yang seharusnya ada di kapal, seperti life jacket,” kata Kepala Polres Nunukan Ajun Komisaris Besar Christian Tory, Selasa.
KM Francis Express diketahui berlayar dari Tawau ke Nunukan, membawa 110 penumpang. Ketika hendak memasuki Sungai Simpang, tiba-tiba muncul KM Bunga Mekar yang berlayar menuju Tawau. Menurut pengakuan Reppa Rahim (54), juru mudi KM Francis Express, kepada polisi, ia tidak melihat kemunculan KM Bunga Mekar.
”KM Francis berlayar mengambil jalur kanan. Juru mudi tak melihat ada lampu kapal KM Bunga Mekar. Dia hanya melihat sekilas cahaya lampu yang hidup mati. Selanjutnya, dia memberikan kode dengan lampu sorot dan memutuskan mengambil jalur kanan,” ujar Christian.
Tiba-tiba muncul kapal yang diketahui KM Bunga Mekar yang mengarah ke KM Francis Express. Reppa berusaha menghindar, tetapi tak bisa sehingga KM Bunga Mekar menabrak lambung KM Francis Express sebelah kiri. Saat tabrakan itu, ABK yang duduk di atas kapal terlempar atau meloncat ke sungai. Salah satunya Zulkarnaen. Saat ini KM Francis Express bersandar di Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan, sedangkan KM Bunga Mekar menuju Tawau.
Kepala Humas Pemerintah Kabupaten Nunukan Ilham Zain memastikan semua penumpang KM Francis Express selamat. Ilham berharap polisi segera menuntaskan penyelidikan.
”Kapal itu (KM Francis Express) adalah kapal reguler. Kalau dari Tawau ke Nunukan, kebanyakan mengangkut TKI yang pulang. Mereka biasanya transit di Nunukan sebelum melanjutkan perjalanan ke daerah asal,” ujar Ilham.
Christian menambahkan, lokasi kecelakaan lebih kurang sama dengan tabrakan antarkapal lima hari lalu, yang melibatkan kapal barang dan ketinting. ”Satu warga kita saat itu akhirnya ditemukan di perairan Malaysia,” ujar Christian.
Christian mengatakan, semua penumpang saat di atas kapal wajib memiliki kesadaran untuk mengenakan alat pengaman. Kesadaran tersebut yang terasa masih kurang.
Untuk itu, menurut Ilham, semua kapal reguler, kapal barang, dan kapal kecil wajib dilengkapi dengan penerangan dan alat keselamatan yang memadai. ”Di sepanjang sungai itu banyak tanaman bakau yang tumbuh rapat. Ini menyulitkan kapal–kapal karena menghalangi pandangan pengemudi, apalagi ketika membelok karena bisa saja tidak melihat kapal, juga sorot lampu kapal lain. Mungkin ini yang terjadi,” ujar Ilham. (Kompas)
Leave a reply
Leave a reply