Program Studi Maritim Diperbanyak

BOGOR, KOMPAS — Dalam lima tahun ke depan, pemerintah berniat menambah program studi atau materi ajar yang terkait dengan kemaritiman, antara lain bidang kelautan, perikanan, dan perkapalan. Bidang studi terkait kemaritiman ini akan lebih banyak diberikan di pendidikan vokasi yang menekankan kemampuan teknis atau keterampilan.

Hal itu dikemukakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan seusai Konferensi Internasional Penyelarasan Pendidikan dan Dunia Kerja yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, Selasa (18/11), di Bogor, Jawa Barat. Rencana ini terkait dengan reorientasi pemerintah pada pembangunan maritim. ”Masalahnya, ketika bangsa sudah memutuskan untuk reorientasi, masyarakat kita belum memiliki orientasi yang sama,” ujarnya.

Hal ini, menurut Anies, bisa dilihat dari materi-materi ajar yang banyak menggunakan contoh-contoh nonmaritim. Ia menilai pola pikir masyarakat harus diubah terlebih dahulu agar ada kesamaan semangat untuk membangun kemaritiman. Sumber daya manusia (SDM) di bidang kemaritiman diyakini akan ”laris manis” karena permintaan akan tinggi.”Kalau nanti pembangunan pelabuhan dan kapal sudah jadi, permintaan pasti tinggi,” ujar Anies.

Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kemdikbud Mustaghfirin Amin menambahkan, pihaknya akan merevitalisasi semua SMK yang bergerak di bidang kemaritiman mulai tahun 2015. Revitalisasi yang dimaksud adalah melengkapi sarana prasarana pembelajaran dan praktik, peningkatan kualitas kompetensi guru, dan proses pembelajaran yang menggandeng industri kemaritiman melalui teaching factory. Upaya ini sudah dilakukan selama ini oleh bidang otomotif.

Namun, persoalan utama yang dihadapi, lanjut Mustaghfirin, adalah minimnya guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan, yakni harus memiliki pengalaman praktik di lapangan. ”Ini yang susah. Makanya, banyak mantan pelaut yang jadi guru. Kalau anak muda tidak mau menjadi guru, mereka lebih memilih kerja di kapal asing karena gaji besar,” ujarnya.

Empat tahun

Karena sulit mencari guru berpengalaman di industri, rencananya mulai tahun depan akan dikembangkan masa belajar empat tahun khusus bagi SMK yang memiliki program studi perkapalan. Ini masih dalam bentuk uji coba terlebih dahulu. Tiga tahun masa belajar akan dijalani di sekolah dengan praktik-praktik dengan industri. Setelah itu murid diwajibkan untuk magang langsung terjun praktik melaut atau berlayar.

”Setelah menyelesaikan magang satu tahun di laut itu, nanti mereka akan bisa memiliki sertifikat kompetensi paling tidak di tingkat koordinator,” kata Mustaghfirin.

Dari catatan Kemdikbud, sampai saat ini terdapat sedikitnya 140 SMK yang bergerak di bidang kemaritiman. Perkembangan SMK bidang kemaritiman ini tidak sepesat bidang-bidang lain karena jumlah peminat yang rendah. Untuk menarik minat di bidang kemaritiman, pemerintah selama ini telah memberikan beasiswa kepada seluruh murid di SMK bidang kemaritiman.

Meski tahun depan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai, Anies menegaskan, tidak berarti dunia pendidikan lantas semata-mata menyiapkan tenaga kerja siap pakai. Meski dunia membutuhkan tenaga siap pakai, tidak lantas dunia pendidikan hanya mempertimbangkan kebutuhan atau tuntutan industri atau pasar kerja. Jika begitu, pendidikan hanya akan menjadi tempat persiapan kerja. Padahal, bukan itu tujuan pendidikan yang sesungguhnya. (Kompas)

Leave a reply