Kuota Solar Dipangkas, Produksi Ikan Nelayan.Diproyeksi Melorot
KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkirakan pengurangan kuota solar bersubsidi akan berdampak pada penurunan jumlah tangkapan ikan nelayan.
“Darnpak pasti ada. Biaya yang dikeluarkan untuk BBM rnengambil porsi 70 persen dari total biaya melaut. Jika BBM subsidi nelayan dikurangi, maka bisa mengurangi produksi pcrikanan tangkap di laut,” kata Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Gellwynn Jusuf kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Gellwynn belum mengetahui seberapa jauh penurunan produksi ikan dari imbas kebijakan tersebut. Karena, pihaknya masih melakukan penghitungan. Dia menyesalkan penghematan kuota BBM subsidi menyasar kepada nelayan.
“Aiokasi BBM subsidi secara nasional semula 48 juta kiloliter dikurangi menjadi 46 juta kiloliter. Penghematannya hanya 4, I persen. Tapi kenapa subsidi untuk nelayan yang ikut dikurangi,” sesalnya.
Gellwynn mempertanyakan keberpihakan BPH Migas terhadap para nelayan. Dia menilai, nelayan kecil hanya menggunakan kapal ukuran dibawah 30 gross ton (GT), jenis kapal yang diprioritaskan mendapat solar subsidi . Menurutnya, nelayan kecil juga banyak memakai kapal di atas 30 sampai I00 GT. Saat ditanya soal kemungkinan kenaikan harga ikan, Gellwynn memprediksi,sulit. Karena, kalau harganya naik, ikan bisa tidak terserap.
“Ikan hanyalah produk pangan substitusi. Masyarakat tidak akan membeli ikan jika harganya mahal,” tuturnya. Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTA) Winarno Thohir memastikan, biaya operasional akan membengkak akibat pengurangan subsidi solar.
“Kapal di ata 30 GT itu kan muatannya besar, sebelum berlayar dengan periode 2-3 bulan
dapat memakan biaya hingga Rp 300 jutaan. Dengan biaya produksi yang naik tentu ini akan berkali lipat menambah cost,” jelas Winarno.
Dia mernprediksi produksi ikan tangkap nasional akan berkurang hingga 30-40 persen. Menurutnya, dengan situasi sulit, nelayan hanya akan mencari ikan di wilayah yang sesuai dengan modalnya serta mengurangi jangkauan hingga ke pusat tangkapan guna menghemat bahan bakar.
“Dengan harga tinggi, nelayan tidak berani melaut jauh-jauh. Dengan jangakauan penangkapan yang dikurangi, bisa mengurangi produksi hingga 30-40 persen,” jelas Winamo. • KPJ
Leave a reply