KKP Genjot Komsumsi Ikan Nasional

JAKARTA – Kementerian kelautan dan perikanan (KKP) berupaya mendongrak konsumsi ikan nasional tahun ini menjadi 37,8 kilogram (kg) per kapita atau naik 8% dari tahun lalu 35 kg per kapita. Peningkatan konsumsi ikan diharapkan bisa tercapai melalui pencanangan 21 November sebagai hari ikan nasional (Harkannas) melalui Keppres No 3 Tahun 2014 tentang hari ikan nasional yang juga bertepatan dengan peringatan world fisheries day.

Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP Saut P Hutagalung mengatakan, Harkannas ini diharapkan bisa menggugah kesadaran pentingnya ikan sehingga bisa menimbulkan kecintaan dan berkontribusi pada sektor perekonomian. Tema yang diusung dalam Harkannas tahun ini sekaligus yang pertama kalinya adalah Ikan untuk Ketahanan Pangan dan Gizi Nasional. Kondisi kecukupan gizi yang memperihatinkan melatarbelakangi adanya Harkannas. “Kasus gizi ganda (kelebihan dan kekurangan gizi) dan fenomena stunting (bayi lahir pendek) memperlihatkan kenaikan yang cukup tinggi,” ungkap dia di Jakarta, Rabu (19/11).

Menurut data riset kesehatan dasar dalam RAN pangan dan gizi 2011-2015, kasus kekurangan gizi terlihat dari rendahnya bobot tubuh (underweight) mencapai 17,9%. Sedangkan fenomena stunting yang terjadi di Indonesia mencapai 35,6%. Dengan rata-rata nilai stunting nasional sebesar 37,2 di mana kategori ini bila merujuk pada standar World Health Organization (WHO) sudah termasuk ke dalam kategori kasus berat. Gizi yang kurang juga berimbas pada IQ. “Indonesia berada di bawah rata-rata IQ negara-negara Asean, hanya 89. Padahal rata-rata negara Asean 91,3. Indoensia berada di peringkat tiga terbawah sebelum Myanmar dan Filipina. Sedangkan Negara Asean dengan IQ tertinggi adalah Jepang dengan rata-rata 110,” kata dia.

Saut melihat adanya masalah yang sangat menghawatirkan dan tidak seharusnya terjadi di negara kepulauan seperti Indonesia dengan ketersediaan ikan berlimpah. “Masalah dasar yang Indonesia hadapi kan sebenarnya kecukupan gizi, seharusnya tidak ada alas an kurang protein hewani padahal kan ikan kita banyak. Negara saja negara kelautan. Ini tentu sebuah ironi mengingat luas laut Indonesia mencapai 5,8 juta kilometer persegi atau tiga kali dari luas daratan. Indonesia juga tercatat sebagai negara penghasil ikan nomor dua di dunia,” ungkap Saut.

Saut melanjutkan kebutuhan minimal konsumsi pangan hewani paling besar terpenuhi oleh konsumsi ikan, Masyarakat Indonesia menurut PPH kebutuhan minimal konsumsi ikan 150 gram per kapita per hari yang 65% di antaranya selama ini dari konsumsi ikan. “Nantinya porsi konsumsi ikan tetap diprioritaskan memenuhi persentase terbesar dari konsumsi pangan hewani dengan besaran ideal 8,4 juta ton per tahunnya. Hal ini dikarenakan pasokannya dinilai paling banyak tersebar di seluruh daerah dibandingkan daging, susu, dan telur,” kata dia.

KKP mencatat rata-rata kenaikan tingkat konsumsi ikan 2010 hingga 2012 adalah 5,44% per tahunnya. Namun tingkat konsumsi ini belum merata di setiap daerah, khususnya di daerah tingkat konsumsi ikan rendah yakni Jawa, NTT, dan sebagian Sumatera. (Investor Daily)

Leave a reply