Ekspor Produk Perikanan RI Bisa Salip Thailand
JAKARTA – Indonesia bisa menyalip Thailand dari sisi perolehan nilai ekspor produk perikanan, asalkan pemerintah serius mengembangkan industri pengolahan di dalam negeri. Saat ini, industri pengolahan produk perikanan domestik tidak diberi akses atau kemudahan dalam memperoleh bahan baku, alhasil industri itu berkembang ala kadarnya.
Pada 2013, nilai ekspor produk perikanan Indonesia hanya US$ 3,894 miliar dengan garis pantai 54,716 kilometer, sebaliknya Thailand dengan garis pantai 3.219 kilometer membukukan ekspor produk sejenis US$ 6,865 miliar.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Thomas Darmawan mengungkapkan, dua pertiga dari wilayah Indonesia merupakan kawasan laut dan perairan. Namun demikian kontribusi sektor kelautan dan perikanan (KP) belum menunjukkan angka yang signifikan, terutama apabila dilihat dari sisi ekspor produk perikanan. Ini berbeda dengan negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia yang kawasan lautnya tidak seluas Indonesia, namun mampu membukukan ekspor produk perikanan yang jauh lebih baik dari Indonesia.
Thomas menuturkan, dari sisi potensi, ekspor produk perikanan Indonesia bisa lebih unggul. Kekalahan Indonesia karena adanya kebijakan yang cenderung tidak mendukung
industri untuk berkembang. Ekspor produk perikanan negara tetangga bisa melesat karena ada kebijakan yang proindustri pengolahan, mereka bisa dengan mudah mendapatkan pasokan ikan di pasar dalam negeri. “Apabila ada rencana ekspansi produk, industri di dalam negeri sulit memperoleh bahan baku, seharusnya industri diberi akses untuk impor. Di Thailand, Vietnam, bahkan Tiongkok melakukan itu, Vietnam impor lebih dari 500 ribu ton ikan setiap tahunnya,” kata dia kepada Investor Daily, baru-baru ini.
Menurut Thomas, saat ini lebih dari 70% produk perikanan dalam negeri justru diekspor. Padahal ekspor dalam bentuk bahan baku, harganya sangat jauh di bawah ekspor dalam bentuk barang jadi atau produk akhir, seperti sarden atau tuna kaleng. Industri pengolahan
produk perikanan hanya menyerap produksi yang ada saja, tidak ada instruksi dari pemerintah agar kapal–kapal penangkap ikan, nelayan, atau pembudidaya untuk menjual hasil tangkapan atau budidayanya kepada industri pengolahan di dalam negeri. “Kami hanya menyerap yang ada saja, berkembang ala kadarnya, kami kesulitan bahan baku padahal produk yang kami hasilkan harganya berlipat-lipat dari ikan segar,” ujar Thomas.
Dalam data UN Trademap yang dilansir situs cfa.uap.asia disebutkan, pada 2013 nilai ekspor seafood dan produk aquaculture Indonesia mencapai US$ 3,894 miliar. Capaian Indonesia tersebut hanya lebih tinggi dari Filipina US$ 1,426 miliar dan Malaysia US$ 777 juta dan kalah dari Thailand US$ 6,865 miliar dan Vietnam US$ 5,297 miliar. Secara umum, ekspor dari masing-masing negara tersebut jauh lebih baik dari 2003, yakni Indonesia US$ 1,562 miliar, Malaysia US$ 424 juta, Filipina US$ 474 juta, Thailand
US$ 3,912 miliar, dan Vietnam US$ 2,200 miliar.
Apabila dilihat dari luas laut yang dimiliki, capaian ekspor Indonesia pada 2003 dan 2013 sangat ironis. Indonesia dengan garis pantai paling panjang, sebaliknya Thailand memiliki garis pantai paling pendek justru memiliki capaian ekspor paling tinggi. Garis pantai Indonesia 54.716 kilometer, Malaysia 4.675 kilometer, Filipina 36.289 kilometer, Thailand 3.219 kilometer, dan Vietnam 3.444 kilometer. Alhasil, rasio nilai nominal dari ekspor terhadap panjang garis pantai Indonesia pun paling minim. Indonesia hanya US$ 71.000 per kilometer, Malaysia US$ 166.200 per kilometer, Filipina US$ 39.200 per kilometer, Thailand US$ 1.197.900 per kilometer, dan Vietnam US$ 1.538.000 per kilometer.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berambisi meningkatkan ekspor hasil produk perikanan sehingga mengalahkan Thailand dan Malaysia. Saat ini, Indonesia justru kalah dibandingkan Malaysia dan Thailand yang luas lautnya jauh lebih kecil. Salah satu cara agar potensi hasil laut Indonesia bisa maksial adalah memetakan hasil laut per wilayah, melakukan analisa dan merekam potensi yang ada di setiap pulau Indonesia. Selanjutnya, pengembangan wilayah laut Indonesia, termasuk perikanan, akan didasarkan pada konsep bisnis atau untung dan rugi. “Sangat mengherankan ekspor Indonesia hanya seperlima Thailand, padahal dua pertiga luas Indonesia adalah laut. Luas laut Thailand hanya sepersepuluh Indonesia,” ungkap dia. (Investor Daily)
Leave a reply
Leave a reply