Blok Migas ONWJ Harus Tetap Beroprasi
JAKARTA – Produksi minyak dan gas (migas) Blok Offshore Northwest Java (ONWJ) tidak boleh ditutup karena akan mengganggu ketahanan energi nasional, hanya demi membangun Pelabuhan Cilamaya untuk melayani perusahaan otomotif.
“Setahu saya, apapun itu, pelabuhan natau pabrik, masa sih harus dibenturkan dengan instalasi produksi minyak off shore yang sudah ada, yang sudah berproduksi,” kata pengamat energi dari ReforMiner Institute Pri Agung di Jakarta, Senin (21/9).
Pri Agung menyampaikan pandangannya terkait pernyatan Budi Darmadi Dirjen Industri Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian yang mengatakan jika Pelabuhan Cilamaya dibangun, Indonesia bakal menggenjot ekspor 500 ribu unit mobil.
Menurut Pri Agung, upaya meningkatkan ekspor mobil hingga 500 ribu unit jika pelabuhan Cilamaya resmi beroperasi, merupakan ego sektoral. Sebab, kata dia, dampaknya bukan hanya menghentikan produksi migas blok tersebut, namun mengundang banyak permasalahan dan kerugian yang beruntun alias sistemik. “Ini ego
sektoral saja. Jadi nggak boleh seperti itu mestinya,” tegas Pri.
Blok ONWJ mampu memproduksi 42.000 barel per hari atau urutan keempat produksi minyak nasional, serta urutan nomor ketujuh untuk produksi gasnya. Jika pelabuhan
Cilamaya dibangun guna mendukung industri otomotif, menurut Pri Agung, pemerintah harus mengeluarkan Rp 11 trilyun untuk biaya pemendaman pipa dan pemindahan anjungan.
Selain itu, Pertamina Hulu Energi ONWJ serta negara berpotensi kehilangan pendapatan Rp 130 trilyun dan Pertamina EP sebesar Rp 1,4 triliun, kemudian PLN sebesar Rp 5.540.700.000 (Rp 5,5 miliar) per hari karena pasokan gas ke Pembangkit Muara Karang dan Tanjung Priok terhenti, PT Pupuk Kujang Rp 6.125.000.000 (Rp 6,1 milyar) per hari.
Bukan hanya itu, terganggunya produksi listrik dan pupuk menciptakan rantai kerugian lanjutan. Misalnya pemadaman bergilir yang juga merugikan banyak sektor, kelangkaan pupuk yang bisa menghambat produksi pertanian.
Terlebih, tandasnya, produksi minyak ONWJ juga mensuplai kebutuhan warga di Jabodetabek. Kemudian, selain memasok PT Pupuk Kujang dan 2 pembangkit PLN di Jakarta, gas blok ini juga memasok Bus TransJakarta, serta berbagai industri lainnya.
Belum lagi potensi migas yang sudah tinggal diekplorasi tidak bisa dimanfaatkan. Padahal, kata Pri Agung, mencari potensi migas itu sangat sulit dan membutuhkan biaya super mahal.
Terkait rencana tersebut, Presiden Direktur PT PHE ONWJ Tenny Wibowo menyebutkan, dampak terburuk pembangunan pelabuhan tersebut akan menghentikan pasokan gas ke PLN, sehingga Jakarta terancam gelap gulita.
“Ada potensi padam, tapi mungkin akan dicari alternatifnya, misalnya menggunkan diesel. Yang pasti akan mempengaruhi pasokan blok ONWJ,” ujar Tenny beberapa waktu lalu. (es) Investor Daily
Leave a reply
Leave a reply