Bangun Klaster Industri Maritim Repindo Gelontorkan US$ 300 Juta

JAKARTA – PT Repindo Jagad Raya tengah membangun kawasan industri maritim (KIM) Repindo International Maritime Industrial Park (Repindo) di Tanggamus, Teluk Semangka, Lampung. Tahap awal, Repindo berencana menggelontorkan dana US$ 300 juta.

Komisaris Utama Repindo Bambang Sujagad menuturkan, total investasi KIM Tanggamus mencapai Rp 10 triliun, dengan luas lahan sekitar 3.500 hektare (ha). Dari jumlah itu, sebanyak 650 ha telah dibebaskan Repindo. Repindo juga telah mengurus
proses awal, perizinan, konsultasi, membeli mesin dan alat berat, hingga membangun beberapa infrastruktur dasar.

“Kami sudah mengeluarkan dana US$ 180 juta atau sekitar 60% dari investasi awal. KIM Tanggamus akan menjadi kawasan industri maritim terintegrasi,” ujar dia di Jakarta, Kamis (7/8). Menurut dia, beberapa perusahaan besar dunia berminat untuk berinvestasi di kawasan itu. Salah satunya adalah Fujitrans Corporation, perusahaan logistik terkemuka Jepang. Fujitrans berencana memboyong anak-anak usahanya ke KIM
Tanggamus. Mereka akan membangun galangan kapal, kawasan recycle kapal, industri terkait kapal lainnya, dan perusahaan logistik.

Perusahaan global lainnya yang akan masuk adalah GE, konglomerasi papan atas asal Amerika Serikat (AS). GE berniat membangun pembangkit listrik berkapasitas 4×50 megawatt. Selanjutnya, salah satu perusahaan infrastruktur asal Singapura akan membangun fasilitas pengolahan air di kawasan itu. Dari Indonesia, PT PAL berniat membangun industri peralatan pengeboran minyak lepas pantai.

“Saat ini, mereka mempersiapkan semuanya. Targetnya, akhir Agustus ini mereka menyelesaikan dan menyampaikan hasil studi kelayakan. Setelah itu, akan berlanjut ke proses berikutnya,” kata Bambang.
Di sisi lain, Dirjen Industri Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi menyatakan, dua perusahaan berencana membangun galangan kapal baru di Indonesia.

Salah satunya adalah PT Afta Mandiri yang akan membangun galangan kapal di Makassar, Sulawesi Selatan Budi Darmadi mengatakan, Afta Mandiri akan membangun galangan kapal di atas lahan sekitar 4 ha. Nilai investasi diperkirakan berkisar Rp 50-100 miliar.

“Investasi itu kemungkinan bisa menghasilkan pemasukan sekitar Rp 200 miliar, karena investasi galangan kapal setidaknya akan menghasilkan perputaran bisnis hingga 2-3 kali lipat dari modal yang ditanamkan,” kata Budi.

Dukungan Perbankan
Budi mengatakan, saat ini, kapasitas terpasang industri galangan kapal nasional mencapai 900 ribu deadweight tonage (DWT) untuk bangunan baru. Adapun kapasitas terpasang industri reparasi kapal mencapai 10 juta DWT.
Saat ini, lanjut dia, terdapat sekitar 13 ribu unit kapal yang berbendera Indonesia. Galangan kapal Indonesia sudah mampu membangun berbagai jenis kapal. Industri lokal juga mampu mengekspor kapal tanker. Namun, sampai saat ini, beberapa perusahaan pelayaran lokal masih mengimpor kapal.

“Prospek bisnis maritim bagus, sehingga sudah saatnya sektor perbankan nasional melirik dan berpihak pada industri ini. Selama ini, mereka meragukan industri galangan kapal. Padahal, tantangan pengusaha galangan kapal kita selama ini adalah pembiayaan modal,” papar dia.

Keadaan itu, kata dia, membuat industri lokal sulit bersaing dengan industri galangan kapal dunia. Sebagai ilustrasi, industri galangan Tiongkok dan Korea Selatan (Korsel)
berani menimbun stok kapal. Perbankan dua negara itu berani membiayai proyek pembuatan kapal, karena yakin kapal akan dibeli.

Selain itu, lanjut dia, industri komponen kapal di luar negeri sudah mapan. Akibatnya, kata dia, dari sisi waktu pemenuhan order, industri galangan kapal Indonesia kalah saing
dengan luar negeri.
“Bedanya bangun kapal di sini dengan di luar negeri bisa 4-5 bulan. Itu akibat prinsip terlalu hati-hati oleh pihak perbankan kita sehingga tidak berani membiayai industri kapal nasional. Mereka masih takut kapalnya kabur,” papar dia.

Dia menambahkan, industri galangan kapal di luar negeri juga mendapat bunga yang kompetitif. Berbeda dengan di Indonesia, di mana bunga kredit masih tinggi. Imbasnya,
galangan kapal lokal mengalami keterbatasan modal, sehingga sulit memenuhi waktu yang ditentukan pemberi order. Oleh Damiana Simanjuntak

Leave a reply