Premi Dari Sektor Maritim Akan Meningkat

JAKARTA – Visi Presiden Joko Widodo yang akan meningkatkan sektor maritim memicu minat perusahaan asuransi untuk meningkatkan eksposur terhadap lini usaha yang berhubungan dengan sektor tersebut. Beberapa perusahaan asuransi menargetkan pertumbuhan pendapatan premi di sektor tersebut sebesar 20-30% pada tahun depan.

Presiden Direktur PT Tugu Pratama Indonesia (TPI) Yasril Y Rasyid menjelaskan, pihaknya berencana mengambil peluang dengan adanya rencana Presiden Joko Widodo yang akan meningkatkan sektor maritim. Lini usaha yang berhubungan langsung ataupun bersifat turunan dengan sektor maritim akan digarap lebih maksimal.

“Kami merencanakan mengambil peluang dari sektor maritim, baik dari asuransi pengangkutan (kargo), asuransi kapal (hull), dan asuransi pelabuhan (port terminal) juga kepada asuransi turunannya (derivatif),” jelas Yasril kepada Investor Daily, akhir pekan lalu.

Menurut Yasril, TPI sudah memiliki pengalaman melakoni sektor asuransi yang berhubungan dengan maritim. Dia menyebutkan, untuk asuransi marine cargo, TPI menduduki peringkat keempat dengan pangsa pasar sebesar 15%. Sementara untuk asuransi marine hull, TPI menduduki peringkat kelima dengan pangsa pasar 13%.

Dari segi hasil underwriting, Yasril mengatakan, asuransi marine cargo cukup menguntungkan, yaitu menempati peringkat kedua setelah asuransi kebakaran. Namun, untuk asuransi marine hull, hasil underwriting-nya di bawah asuransi marine cargo.

Dengan melihat potensi tersebut, perseroan berencana untuk meningkatkan pendapatan premi di sektor asuransi marine cargo, marine hull, dan kapal pada tahun depan. “Untuk asuransi marine cargo ditargetkan tumbuh 30% dan asuransi kapal ditargetkan tumbuh 20%,” ujar Yasril.

Presiden Direktur PT Asuransi Multi Artha Guna (MAG) Linda Julianan Delhaye mejelaskan, dengan pengembangan sektor maritim akan cukup banyak sektor asuransi yang bisa digarap. “Ada cukup banyak asuransi yang bisa digarap, seperti engineering, marine hull, konstruksi kapal, dan lainnya,” sebut dia.

Sama seperti TPI, Linda mengaku, pihaknya juga sudah memiliki pengalaman melakoni usaha asuransi yang berhubungan dengan maritim. Namun, eksposurnnya masih kecil, yaitu di bawah 5%.

Kepala Statistika, Informasi, dan Analisa Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dadang Sukresna mengatakan, industri perasuransian membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan rencana Presiden Joko Widodo yang akan meningkatkan sektor maritim. Pasalnya, rencana tersebut harus dibarengi dengan keharusan peningkatan kapasitas nasional di lini usaha marine cargo dan marine hull.

“Dengan adanya rencana Presiden Joko Widodo tersebut, perubahan yang akan dilakukan bersifat nasional dan tersebar sehingga perubahannya akan makan waktu,” terang dia.

Selain itu, tidak semua perusahaan asuransi bermain di lini usaha marine hull dan marine
cargo karena risikonya yang cukup tinggi. Eksposurnya pun saat ini masih kecil jika
dibandingkan dengan total pendapatan premi industri asuransi umum. Dadang menyebutkan, sampai Semester I-2014, kontribusi asuransi marine kargo masih berada di kisaran 6% dan marine hull sekitar 3% sehingga totalnya masih di bawah 10%. (gtr) Investor Daily

Leave a reply