Dunia Tertarik Poros Maritim

NAYPYIDAW, KOMPAS — Walau tak secara langsung ditanggapi para pemimpin negara yang hadir dalam KTT Asia Timur, Rabu (13/11), gagasan Indonesia membentuk Poros Maritim Dunia dinilai mendapat tanggapan positif. Ketertarikan itu ditunjukkan salah satunya oleh Jepang. Mereka ingin ikut membangun infrastrukturnya.

”Lagi pula, konsep Poros Maritim Dunia itu kan juga tidak untuk menghambat atau menentang pihak tertentu,” ujar Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, di sela-sela kegiatan KTT Asia Timur, sebagaimana dilaporkan wartawan Kompas, Wisnu Dewabrata dan C Wahyu Haryo PS.

Menurut dia, tak ada alasan bagi pihak mana pun untuk meragukan atau merasa takut dengan lontaran gagasan atau konsep Presiden Joko Widodo. Pada kenyataannya, saat ini, baik Indonesia, negara-negara kawasan, maupun dunia, semua sama- sama bersiap untuk saling terkoneksi.

”Presiden telah memaparkan berkali-kali di banyak forum, inilah konsep kami (Poros Maritim) dan kami siap bekerja sama, baik di kawasan maupun dunia. Tanggapan mereka sangat luar biasa. Jepang bahkan menawarkan untuk membentuk kelompok kerja khusus,” tutur Retno. Jepang berminat ikut dalam proses pembangunan konektivitas infrastruktur maritim pendukung.

Dalam Sidang Pleno KTT Asia Timur, kemarin, Jokowi memanfaatkan forum itu untuk memperkenalkan gagasan ”Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia”. Melalui gagasan yang dikenal sebagai ”Doktrin Maritim Dunia” ini, Jokowi ingin mengembalikan kejayaan bahari Nusantara, menjaga stabilitas keamanan kawasan, serta membuka peluang kerja sama regional dan internasional bagi kemakmuran rakyat.

”Indonesia akan menjadi Poros Maritim Dunia, kekuatan yang mengarungi dua samudra, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa,” kata Presiden.

KTT Asia Timur di Myanmar sengaja dipilih Jokowi untuk mempromosikan Doktrin Maritim Dunia karena forum ini dinilai sangat berperan penting bagi keamanan, stabilitas, dan kemakmuran ekonomi di kawasan. Forum ini dihadiri para pemimpin negara ASEAN, pemimpin negara mitra ASEAN, serta pemimpin organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB).

Pemimpin negara mitra yang hadir antara lain PM Tiongkok Li Keqiang dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Hadir pula Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Presiden Bank Pembangunan Asia Takehiko Nakao.

Positif

Mengenai kesepakatan antardua negara adidaya, Amerika Serikat dan Tiongkok, yang dicapai dalam pertemuan APEC, di Beijing, beberapa hari lalu, Retno menilai perkembangan tersebut bisa berdampak positif terhadap ASEAN.

Mengutip pemberitaan laman surat kabar The Wallstreet Journal dan Russia Today, Obama dan Xi sepakat, antara lain, untuk bersama-sama mencegah konfrontasi militer di Asia.

Menurut Direktur Eksekutif CSIS Rizal Sukma, yang ikut dalam rombongan Presiden, pertemuan KTT Asia Timur berlangsung datar atau tidak terjadi perbedaan pernyataan di antara pemimpin negara.

”Nada bicara mereka semua hampir sama. Sama-sama menyatakan pentingnya upaya menahan diri dan menyelesaikan masalah lewat pengaturan damai, diplomasi, dan dialog. Tiongkok pun menekankan kembali kalau mereka sangat menyambut baik diskusi tentang kode tata berperilaku (code of conduct),” ujar Rizal. (Kompas)

Leave a reply