Musim Baratan, Nelayan Diimbau Berhati-hati

INDRAMAYU, KOMPAS — Kesatuan Pengawas Laut dan Pantai Karang Turi, Indramayu, Jawa Barat, mengimbau nelayan di wilayah perairan pantai utara agar lebih berhati-hati saat menangkap ikan di laut. Angin kencang yang sesekali disertai hujan deras dikhawatirkan memicu gelombang tinggi air laut pada musim baratan ini. Nyawa nelayan bisa terancam.

”Sudah ada imbauan secara resmi yang kami keluarkan bagi para pengguna jasa pelayaran, baik penyeberangan maupun perikanan. Sebaiknya tidak memaksakan diri untuk melaut atau berlayar ketika cuaca sedang buruk. Tinggi gelombang bisa mencapai 2 meter dan itu amat membahayakan bagi nelayan kapal kecil maupun besar,” kata Kepala Kesatuan Pengawas Laut dan Pantai (KPLP) Karang Turi, Indramayu, Koko Sudeswara, Rabu (12/11).

Nelayan sering kali mengabaikan peringatan yang diberikan KPLP dan Syahbandar Karang Turi. Ini berpotensi membahayakan keselamatan penumpang dan nelayan di atas kapal.

”Khususnya untuk usaha perikanan, musim baratan yang ditandai dengan angin kencang ini amat berbahaya. Jika belum memperoleh surat izin pelayaran, sebaiknya tidak memaksakan diri,” kata Koko.

Ia menuturkan, pihaknya menerima sejumlah laporan adanya kapal tenggelam dan kecelakaan di daerah lain yang masih termasuk dalam perairan Laut Jawa, tetapi di luar kewenangannya. Hal itu menandakan masih rendahnya kesadaran pengguna jasa pelayaran terhadap peringatan dan imbauan yang KPLP dan syahbandar pelabuhan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jatiwangi, Majalengka, mencatat, saat musim baratan, ketinggian gelombang di Laut Jawa bisa mencapai 4 meter.

”Jika angin sedang kencang, nelayan jangan melaut dahulu dan menunggu kondisi cuaca membaik,” kata Budi Laksana, Sekretaris Jenderal Serikat Nelayan Indonesia Kabupaten Cirebon.

Bantuan rumpun

Dari Jawa Timur diberitakan, meski potensi ikan di laut selatan Kabupaten Jember setiap tahun mencapai 40.000 ton, hasil perolehan tangkapan nelayan setiap tahun hanya 10.000-11.000 ton. Ini disebabkan sarana dan prasarana nelayan kurang memadai.

Akibatnya, sebagian besar nelayan hanya beroperasi tidak jauh dari bibir pantai atau sekitar perairan Pulau Nusa Barung atau 7,2-10,8 kilometer.

Imam Fauzi, Ketua Forum Komunikasi Kelompok Usaha Bersama Nelayan di Kecamatan Puger, Jember, Selasa, mengatakan, nelayan cari ikan tak tentu arah. Mereka tergantung naluri dan informasi dari sesama nelayan. Berbeda jika nelayan memiliki rumpun yang ditanam di tengah laut dengan jarak lebih 72 kilometer.

”Mereka langsung menuju sasaran rumpon dan hasil cukup banyak,” kata Imam.

Saat ini paling tidak hanya tujuh rumpon milik sejumlah kelompok nelayan yang masih bertahan di tengah laut. Semula yang menebar rumpon sebanyak sepuluh kelompok nelayan. Rumpon-rumpon lainnya hilang ditelan ombak dan gelombang laut. Karena itu, nelayan berharap bantuan rumpon dari pemerintah. (Kompas)

Leave a reply