Produk Ikan Hias Siap Hadapi MEA 2015
JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengklaim produk ikan hias domestik siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Asalkan, infrastruktur pengembangan produksi ikan hias di Tanah Air terus ditingkatkan, khususnya distribusi, transportasi, dan logistik. Infrastruktur diperlukan karena saat ini pemanfaatan potensi ikan hias Indonesia belum dioptimalkan.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengungkapkan, potensi yang demikian besar terlihat dari ekspor ikan hias yang terus meningkat. Berdasarkan data statistik perikanan budidaya, produksi ikan hias selama 2010–2013 rata-rata meningkat 18,9 % per tahun, yakni 605 juta ekor pada 2010 dan mencapai 1,137 miliar ekor pada 2013. Dari sisi nilai, ekspor ikan hias mencapai Rp 1,7 triliun pada tahun lalu dengan didominasi ikan hias air tawar dan saat itu Indonesia menduduki posisi tiga sebagai pengekspor ikan hias setelah Spanyol dan Jepang.
“Infrastruktur pengembangan produksi ikan hias harus terus ditingkatkan. Untuk dapat berbicara di era MEA, dibutuhkan sinergi seluruh kekuatan dan stakeholder terkait sehingga mampu memperkuat mata rantai produksi ikan hias dari hulu sampai hilir. Dengan begitu, Indonesia mampu bersaing dengan negara lain, bahkan mampu menguasai pasar ikan hias secara global,” kata Slamet di Jakarta, pekan lalu.
Lebih jauh Slamet mengatakan, untuk meningkatkan produksi ikan hias Indonesia dan menjadikan menjadikan Indonesia sebagai pengekspor ikan hias terbesar di dunia, strategi
yang harus dijalankan di antaranya penguatan produksi dengan cara menyediakan induk-induk unggul ikan hias. Induk unggul dapat di produksi melalui penerapan teknologi sehingga ikan tahan terhadap serangan penyakit dan ikan menjadi lebih menarik. Karena keunggulan yang ditawarkan oleh ikan hias adalah keindahan dan keunikannya. Tugas dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkup Ditjen Perikanan Budidaya KKP salah satunya adalah menghasilkan induk unggul ikan hias ini.
Strategi berikutnya adalah permodalan. Permodalan sangat dibutuhkan untuk memajukan dan membesarkan suatu usaha budidaya. Peran perbankan diperlukan untuk memberikan
suntikan modal kepada para pembudidaya ikan hias. Pemerintah akan terus mendorong perbankan untuk menyentuh pembudidaya ikan hias, karena usaha ini juga memiliki prospek yang cukup bagus. Strategi lain adalah hillirisasi industri ikan hias. “Aspek
pemasaran produk ikan hias harus diperhatikan. Tanpa memperhatikan pasar, produksi yang sudah meningkat dengan kualitas yang bagus akan terhambat karena terkendala dengan pasar dan pemasaran. Jika hulu-hilir bisa dikuasasi, otomatis untuk mencapai target menjadi pengekspor ikan hias terbesar dunia bukan suatu hal yang mustahi,” kata Slamet.
Untuk mendukung penerapan strategi itu, KKP melalui UPT melakukan penyediaan induk dan benih unggul di antaranya BBPBAT Sukabumi (koi, maskoki, arwana, cupang, manfish, sumatra, balasark dan coridoras), BBPBL Lampung (kuda laut dan clown fish), BBAT Jambi (arwana, botia, belida, benih jelawat dan benih kapiat), BBAP Situbondo (benih kerapu tikus), BBL Ambon (angel piyama, banggai cardinal, blue devil, mandarin fish dan clown fish), BBAT Mandiangin (koi, komet, arwana dan belida) dan BBAT Tatelu, Sulawesi Utara (siklid, komet, maskoki, dan koi).
Sedangkan untuk mendorong partisipasi perbankan, KKP juga membentuk kawasan minapolitan ikan hias di Kabupaten Blitar, Jawa Timur sehingga melalui pengembangan suatu kawasan yang terintegrasi, pihak perbankan akan lebih mudah dalam memberi akses permodalan. Hal ini juga terkait dengan terintegrasinya sistem produksi ikan hias dan pemasaran sehingga para pembudidaya tidak kesulitan untuk memasarkan produk
ikan hias mereka. ( Ivestor Daily )
Leave a reply