Penerimaan Negara Akan Tergerus Rp130 Triliun

DAMPAK PELABUHAN CILAMAYA

JAKARTA—ReforMiner Institute memprediksi penerimaan negara dari migas bisa turun Rp130 triliun jika Blok Offshore Northwest Java yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi ditutup saat pembangunan pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jabar.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan penutupan Blok Offshore Northwest Java (ONWJ) tidak boleh dilakukan karena bisa mengganggu
ketahanan energi nasional. Padahal, rencananya pelabuhan itu dibangun hanya untuk melayani perusahaan otomotif.

“Setahu saya, apapun itu, pelabuhan atau pabrik, masa sih harus dibenturkan dengan instalasi produksi minyak offshore yang sudah ada, yang sudah berproduksi,” katanya, Selasa (23/9).

Menurutnya, peningkatan ekspor mobil hingga 500.000 unit jika pelabuhan Cilamaya resmi beroperasi merupakan ego sektoral. Pernyataan itu muncul menanggapi pernyataan
Dirjen Industri Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi yang menyebutkan Indonesia bisa menggenjot ekspor mobil hingga 500.000 unit jika didukung
pelabuhan Cilamaya.

Padahal, jelasnya, dampak dari pembangunan pelabuhan itu tidak hanya menghentikan produksi blok migas tersebut yang pada APBN-P 2014 ditargetkan mencapai 39.400 barel
per hari, tetapi juga pemasalahan lain yang bersifat beruntun atau sistemik.

Dia memprediksi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ serta negara berpotensi kehilangan pendapatan sebesar Rp130 triliun dan PT Pertamina EP sebesar Rp1,4 triliun.
Belum lagi, jelasnya, pendapatan dua BUMN lainnya yakni PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Pupuk Kujang Cikampek juga akan tergerus.

Kedua BUMN itu diprediksi akan kehilangan pendapatan masing-masing sebesar Rp5,5 miliar per hari dan Rp6,1 miliar per hari sebagai akibat terhentinya pasokan gas ke
Pembangkit Listrik Muara Karang dan Tanjung Priok. Presiden Direktur PT PHE ONWJ Tenny Wibowo mengatakan dampak terburuk pembangunan pelabuhan itu yakni penghentian pasokan gas ke PLN sehingga Jakarta terancam gelap gulita. “Ada potensi
padam, tapi mungkin akan dicari alternatifnya, misalnya menggunakan diesel.
Namun, yang pasti akan mempengaruhi pasokan dari blok ONWJ,” jelasnya.

Kedua pembangkit membutuhkan 420 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/ MMscfd), yang berasal dari FSRU Nusantara Regas sebesar 300 MMscfd, sementara pasokan dari PHE ONWJ mencapai 120 MMscfd. (Lukas Hendra) Bisnis Indonesia

Leave a reply