Batal Dipakai, Dibeli Murah Indonesia

KRI Bung Tomo 357 merupakan satu dari tiga kapal perang yang dibuat khusus untuk Angkatan Laut Kesultanan Brunei Darussalam. Kontrak dimulai sejak 1995, dan diluncurkan berturut-turut pada Januari 2001, Juni 2001 hingga Juni 2002.

Sesuai kontrak, kapal ini seharusnya diserahkan kepada Brunei pada Juni 2007. Namun, pemerintah Brunei memutus perjanjian. Alasannya, kekurangan personel. Kapal ini juga dianggap terlalu besar untuk Negara sekecil Brunei.

Brunei lantas menghubungi perusahaan Jerman Lrssen untuk mencari pembeli baru. Selama mencari pembeli, tiga kapal yang sudah jadi itu tetap berada di galangan di Glasgow, Inggris.

Selang lima tahun, lndonesia menyatakan tertarik membeli. “Kapal ini memang bekas, tapi tidak pernah digunakan untuk operasi, hanya pemanasan mesin aja ,” kata Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Rachmad Lubis.

Untuk membeli 3 KRI ini, Indonesia menggelontorkan uang 385 juta dolar Amerika atau sekitar Rp 4 triliun. Proses upgrade Kapal memerlukan 1,5 tahun, dimulai setelah kesepakatan ditandatangani awal Januari 2013 lalu.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebut harga pembelian ketiga kapal
ini sangat murah Harga yang dibayarkan Indonesia hanya 20 persen dari harga yang ditawarkan kepada Brunei sebelum pembuatan.

Setelah perjanjian pembelian diteken, ketiga kapal ini kemudian diberi nama KRI Bung Tomo 357, KRI John Lie 358 dan KRl Usman Harun 359. Tahun ini, ketiganya bakal memperkuat armada TNI AL.

Penggunaan nama Usman Harun sebagai nama kapal perang RI sempat diprotes Singapura. Negara tetangga itu menganggap Usman dan Harun teroris karena melakukan aksi pemboman pada 1960an.

Saat itu, Presiden Soekarno sedang menggelar konfrontasi dengan Malaysia. Singapura masih bagian Malaysia. Usman dan Harun tertangkap. Pemerintah Singapura menjatuhkan hukuman mati untuk keduanya

Di mata Indonesia, kedua prajurit Marinir TNI AL itu adalah pahlawan. Jasadnya dibawa pulang dan dimakamkan dengan upacara kemiliteran. Meski di protes, Indonesia bergeming. Usman Harun tetap dipakai sebagai nama kapal perang yang baru dibeli dari Inggris.

Bukan hanya soal nama, kemampuan kapal ini juga bisa membuat negara pulau itu jeri. Kapal tipe F2000 Corvette ini memiliki 1 meriam Oto Melara 76 mm, 2 meriam MSI Defence DS 30B REMSIG 30 mm, dan peluncur tripel torpedo BAE Systems 324 mm untuk perang atas air dan bawah air.

Selain itu, dilengkapi pula dengan 16 tabung peluncur peluru kendali permukaan-ke-udara VLS MBOA MICA (BAE Systems), 2 set 4 tabung peluncur peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exocet. Dua sistem arsenal inilah
yang cukup mengganggu pertahanan musuh, baik dari udara atau pun permukaan laut. Sistem kesenjataan bawah lautnya juga cukup menggentarkan Iawan hingga jarak sejauh 50 kilometer dari titik peluncuran.

BAE System Maritime-Naval Ships melengkapi kapal ini bersama pengarah senjata elektro optik Ultra Electronics/RadamecSerie 2500, radar penjejak I/J-band BAE Insyte 1802SW 1/J-band, radar navigasi Kelvin Hught:s Type 1007, radar Thales Nederland Scout, dan penangkal serangan Thales Sensors Cutlass 242.

Untuk keperluan perang bawah air, kapal-kapal perang ini dilengkapi radar berbasis sonar di lambung Thales Underwater Systems TMS 4130Cl. Juga radar permukaan dan udara E-band dan F-band BAE Systems lnsyte AWS-9 3D.
Lantarannya banyak peralatan canggih yang ditanamkan di kapal ini, perlu banyak awak.

Dengan karakter korvet yang cukup “mini” namun sarat persenjataan, kapal berbobot kosong 2.000 ton ini pas untuk keperluan patroli jarak dekat-menengah dan kawal-sergap. Apalagi kecepatannya cukup mumpuni, yaitu hingga 30 knot perjam berkat dorongan empat mesin diesel MAN B&W/Ruston yang memancarkan tenaga total 30,2 MegaWatt dari 2 poros baling balingnya. (Rakyat Merdeka)

Leave a reply