Biaya Logistik Bisa Membengkak
JAKARTA—Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan kondisi jalan daerah yang saat ini tingkat kelayakan rata-ratanya di bawah 60% berpotensi membuat biaya logistik mencapai 27,5% dari total PDB nasional.
Direktur Transportasi Bappenas Bambang Prihantono mengatakan kementerian teknis harus segera turun tangan untuk membenahi kualitas jalan daerah baik di tingkat kabupaten maupun provinsi agar biaya logistik yang tak efisien itu dapat ditekan.
Campur tangan pemerintah pusat pada ruas-ruas strategis dalam memperbaiki kualitas jalan daerah, tuturnya, akan menurunkan biaya logistic sebesar 3%, sedangkan bila optimalisasi pemindahan beban logistik ke kapal laut dapat menurunkan biaya 4%.
“Kami menargetkan dengan perbaikan, [biaya logistik] bisa menjadi 20,5% [pada tahun depan],” tuturnya kepada Bisnis, Senin (18/8).
Menurutnya, dari 48.691 km jalan provinsi, jalan yang mantap dilewati hanya 60%. Adapun, dari 384.810 km jalan kabupaten, yang mantap dilewati hanya di bawah 50%. Kondisi ini sangat timpang dengan jalan nasional sepanjang 38.569 kilometer yang kemantapannya mencapai 94%.
Pembangunan infrastruktur skala besar ini, tuturnya, sangat membutuhkan biaya besar sehingga Kementerian Keuangan sebagai pengatur penerimaan negara perlu memprioritaskannya. “Pendanaan oleh Kemenkeu harus lebih kreatif,” katanya.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Djoko Murjanto mengatakan ketimpangan rasio jalan yang dikelola oleh daerah dikarenakan ego sektoral pasca berlakunya UU Otonomi Daerah.
Pemerintah daerah bisa menolak pengelolaan jalan di wilayah strategis oleh pusat. Namun, karena daerah tidak memiliki APBD yang layak, mereka tak mampu membiayai proyek jalan yang mahal sehingga banyak jalan daerah yang rusak parah.
Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menilai selama ini arus distribusi barang masih terasa timpang karena kerusakan infrastruktur sehingga berpengaruh pada tingkat keterisian moda transportasi darat yang terus menurun.
Edwin Yudhawan, Wakil Ketua Umum ALFI mengatakan semua moda angkutan barang dari pesawat kargo, kapal, dan kereta api akan mengalami hal yang kurang baik yakni kekosongan angkutan saat moda kembali dari mengantarkan barang.
Ketimpangan ini diakibatkan oleh arus distribusi barang dari kota ke daerah yang tidak seimbang. “Inilah yang menjadi permasalahan semua moda angkutan barang,” tuturnya, Senin (18/8). (Anggara Pernando/ Fitri Rachmawati/Fitri S. Dewi)
Leave a reply
Leave a reply