10 Nelayan Diselamatkan
CIREBON, KOMPAS – Setelah dinyatakan hilang dan tenggelam akibat cuaca buruk dan kerusakan kapal, 10 nelayan asal Kabupaten Cirebon dan Indramayu, Sabtu (20/9) malam, berhasil diselamatkan. Jajaran Direktorat Polisi Perairan Kepolisian Daerah Jawa Barat menyerahkan para nelayan tersebut kepada keluarga masing-masing.
Di Papua, pada hari yang sama, tim search and rescue (SAR) Jayapura juga berhasil menyelamatkan enam penumpang kapal cepat yang terombang-ambing delapan jam di perairan wilayah Pasir Empat, Distrik Jayapura Utara.
Kepala Bidang Humas Polda Jabar Komiaris Besar Martinus Sitompul, Minggu, menyatakan, nelayan yang menjadi korban langsung dibawa ke pusat kesehatan masyarakat di Desa Tegal Agung, Kecamatan Karangampel, lndramayu, untuk pemeriksaan kesehatan. Para korban lalu dikembalikan kepada keluarga masing-masing.
Mereka ditemukan masih di sekitar perairan Tegal Agung, Indramayu. Para korban adalah anak buah Kapal Motor Jaya Maneliri milik Darsi (50), warga Desa Tegal Agung, yang pada Jumat sekitar pukul 00.30 tenggelam saat melaut di perairan Tegal Agung.
Pihak kepolisian mengungkapkan, penyebab kejadian itu ialah cuaca buruk, yakni angin kencang yang menimbulkan gelombang tinggi di laut hingga 3 meter. Di sisi lain, kapal yang bocor mengakibatkan para nelayan itu kesulitan untuk kembali ke dermaga pendaratan ikan di Tegal Agung. Para korban terapung di laut semalam suntuk tanpa dilengkapi alat kelengkapan keselamatan memadai.
Dua orang dari 10 korban kapal tenggelam itu langsung dapat diselamatkan pada Jumat dini hari. Mereka ialah Sopi dan Kasidi, nelayan asal Desa Grogol, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Delapan korban sisanya ditemukan sehari kemudian oleh tim penyelamat dari tim SAR Direktorat Polisi Perairan Polda Jabar, Badan Sar Nasional, dan Syahbandar lndramayu.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jatiwangi, Jabar, Mas Pujiono, yang memantau kondisi cuaca di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan, mengatakan, saat ini angin kencang di wilayah itu berkecepatan hingga lebih dari 15 knot. Angin kencang musim kemarau ini berpotensi memicu gelombang tinggi di permukaan laut hingga lebih dari 2 meter.
Sekretaris Jenderal Serikat Nelayan Indonesia Budi Laksana mengatakan, sebagian nelayan di kawasan pantai utara Jabar memaksakan diri melaut karena desakan ekonomi.
Sementara itu, kejadian di perairan Papua bermula ketika enam penumpang berangkat dari Dermaga Hamadi menuju Pulau Ormu, Jumat (19/9) sekitar pukul 18.00 WIT. Perjalanan ke pulau itu biasanya sekitar tiga jam. Namun, satu jam setelah kapal berlayar, mesin kapal berkapasitas 10 penumpang itu mati karena dihantam ombak tinggi 3 meter saat memasuki perairan Pasir Empat.
Kami baru mendapat laporan dari Asri, tetangga salah eorang penumpang kapal tersebut, sekitar pukul 00.30 WIT. Ia mengaku mendapat telepon dari penumpang tersebut. Setelah itu, kami langsung menerjunkan 10 petugas ke lokasi kejadian dengan menggunakan satu kapal penyelamat,” papar Kepala Bidang Humas SAR Jayapura Yadianto, Minggu, saat dihubungi dari Jayapura.
Yadianto mengatakan, pihaknya berhasil menemukan para penumpang sekitar pukul 02.30 WIT. “Kami menemukan enam penumpang dalam keadaan selamat dan masih berada di kapal. Memang kondisi cuaca di perairan itu sangat ekstrem. Ketinggian gelombang laut hampir 4 meter,” ujarnya.
Tinggi gelombang 3 meter
Cuaca buruk juga terjadi di perairan Kalimantan Barat Ketinggian gelombang di perairan itu mencapai 1 meter pada hari Minggu hingga beberapa hari nanti. Untuk itu, BMKG Maritim Kota Pontianak mengimbau perusahaan pelayaran dan nelayan waspada karena kondisi tersebut cukup berbahnya untuk pelayaran.
PrakiraanBMKG Maritim Kota Pontianak, Primastuti Indah, mcnyebutkan, gelombang tinggi di perairan Kalbar terjadi di Selat Karimata dan perairan Ketapang. Gelombang tinggi terjadi karena pengaruh tekanan rendah di Laut Tiongkok Selatan.
Tekanan rendah itu membuat massa udara di Indonesia tertarik ke Laut Tiongkok Selatan dengan kecepatan 18 knot atau setara dengan 32,4 kilometer per jam sehingga menimbulkan gelombang tinggi.
Leave a reply
Leave a reply